Monday, December 19, 2011

Mini milk cartons , santa chocolate cover , money & gift card holders

I made these to take to my aunties on Christmas day for everyone

Real red , Certainly celery , Chocolate chip , Bashful blue , Riding hood red

Old Christmas DSP

Doily triple layer punch

Rhinestones

I have always wanted to make one of these since been a Stampin' Up! demonstrator and 3 & a half years later i finely got to make one
Riding hood red , basic black , silver shimmer paper
Curly label & 1"circle, square punches

My money - Gift card holders

Old Christmas DSP & Ribbon

Ornament , 1" circle , 3/4" circle punches

Delightful decorations stamp set


I know i said the last post was my last but i wanted to share these creations with you all have a wonderful Christmas

Berikan Kasih di Hari Natal

Ayat bacaan: 1 Yohanes 4:11
===========================
"Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."

give love on christmasUntuk menyambut kedatangan hari Natal, saya sering memutar lagu-lagu Natal dari artis-artis ternama dahulu sampai sekarang. Barusan yang muncul di playlist adalah sebuah lagu yang dinyanyikan Jackson 5 berjudul "Give Love on Christmas Day". Liriknya indah dan sarat makna. Mari kita lihat penggalannya:
People making lists, buying special gifts
Taking time to be kind to one and all
It's that time of year when good friends are dear
And you wish you could give more than just presents from a store


Why don't you give love on Christmas Day?
Oh, even the man who has everything would be so happy if you would
Bring him love on Christmas Day
No greater gift is there than love

Lihatlah lirik yang ditulis secara sederhana oleh tim penulis/produksi dari Motown Record bernama The Corporation ini begitu sarat makna dan sangat mengena. Seringkali kita sibuk menghabiskan waktu untuk berpikir hendak membeli hadiah apa buat istri/suami, anak-anak, saudara, teman dan orang-orang yang dekat dengan kita, tetapi kita lupa bahwa sesungguhnya hadiah yang terbesar justru hadir dalam bentuk yang paling sederhana, yaitu kasih atau love.

Saya pun kemudian ingat akan sepenggal bincang-bincang saya dengan seorang artis dari luar negeri yang pada saat itu baru saja mengeluarkan album Natalnya. Saya menanyakan apa makna hari Natal buat dia, dan inilah jawabannya."For me, Christmas is a time of thanksgiving and appreciation.. Primarily of course to our Father God who gave Jesus, to remember the sacrifice He did just for us, as an example for us on how to live our lives on this earth. It is a time when love and sharing and smiles abound and are exchanged among everyone." Si penyanyi pun ternyata menyadari bahwa kasih merupakan esensi dari kedatangan Kristus turun ke dunia. Dengan sangat indah Tuhan berfirman: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Jika Tuhan mengasihi kita sebegitu besar sehingga rela memberikan Kristus untuk kita semua, dan itulah yang kita rayakan pada hari Natal, ini saatnya kita mengerti apa sebenarnya makna yang terkandung dibalik sebuah perayaan Natal yang kita rayakan dari tahun ke tahun. Dan itu tergambar dari lirik lagu di atas serta jawaban sang penyanyi yang sudah saya kutip di atas.

Bagi si penyanyi, Natal bermakna sebagai sebuah hari untuk berterimakasih dan bersyukur. Pertama, tentu saja kepada Allah Bapa yang sudah begitu mengasihi kita. Tapi tidak hanya berhenti sampai disitu saja, ia pun mengatakan bahwa bentuk kasih Tuhan yang dinyatakan secara nyata lewat kasih Kristus buat kita haruslah menjadi sebuah contoh bagaimana kita harus membagi kasih bagi sesama kita. Baginya, Natal adalah saat untuk memberi kasih dan berbagi senyum dengan orang lain, membawa pesan perdamaian untuk semua orang. Jika kita hubungkan dengan lirik lagu di atas, sebuah himbauan tegas pun diberikan kepada kita. "Why don't you give love on Christmas Day?" Mengapa tidak memberikan kasih pada hari Natal? Ya, ini seruan penting yang seringkali kita lupakan. Kita sibuk membungkus kado, dan itu tidaklah salah. Namun apa yang lebih penting dan tepat seperti esensi yang terkandung di dalam sebuah perayaan Natal adalah wujud kasih yang seharusnya menjangkau lebih dari sekedar anggota keluarga atau teman-teman. Perhatikan di sekeliling kita, ada begitu banyak orang yang kehilangan sukacita karena penderitaan yang harus mereka tanggung. Natal bisa menjadi momen bagi kita untuk mulai menjangkau mereka dalam kasih, mengalirkan kasih Bapa Surgawi yang ada pada diri kita untuk mengalir memenuhi diri mereka.

Apa yang ia sampaikan sejalan dengan ayat bacaan hari ini. Jika kita menyadari betapa besarnya kasih Allah pada kita, maka kita pun seharusnya saling mengasihi. Itu tepat seperti yang disampaikan Yohanes, "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."(1 Yohanes 4:11). Jika Allah tidak mengasihi kita, maka Yesus tidak akan pernah datang ke dunia, dan hingga saat ini kita masih akan tetap berada di dalam kegelapan dengan kondisi hubungan terputus dengan Tuhan. Bayangkan betapa berbahayanya hidup seperti itu. Tapi bukan itu yang terjadi. Apa yang diberikan Tuhan kepada kita sungguh luar biasa besar. Pengorbanan Yesus lewat karya penebusan yang diluar batas perikemanusiaan pun akhirnya membayar lunas semua hutang-hutang dosa kita dan memulihkan sebuah hubungan indah antara Sang Pencipta dan yang diciptakan. Di dalam Yesus ada keselamatan, ada damai sukacita dan ada kelimpahan. Terlebih, di dalam Dia ada kasih yang sempurna. Perhatikanlah doa Yesus bagi murid-muridNya. "dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." (Yohanes 17:26).

Saat menjelang Natal adalah saat yang tepat untuk mulai berpikir untuk membagi kasih kepada orang lain. Tidak hanya dengan kata-kata semata, tetapi juga lewat perbuatan dan dalam kebenaran. "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (1 Yohanes 3:18). Alangkah indahnya jika kasih sempurna Kristus yang ada di dalam kita bisa kita berikan kepada saudara-saudara kita yang lain. Sebuah perayaan Natal janganlah sampai terhenti hanya pada pesta-pesta atau kado-kado indah dengan keluarga dan teman, tapi rayakanlah itu dengan membagi kasih kepada siapapun mereka di sekitar kita. Seringkali kita berpikir untuk hanya berfokus pada pemberian materi, tapi seringkali pula justru pemberian non materi yang sangat sederhana bermakna sangat besar bagi mereka yang membutuhkan. Sebuah senyuman tulus, sebuah kerelaan untuk membagi waktu mendengarkan keluh kesah mereka, being there when they need us, even a tap on the shoulder or a hug, itu bisa memberi sukacita besar di saat mereka merasa sendirian menghadapi beban hidup. Kasih adalah sebuah inti dasar dari kekristenan yang bahkan sanggup menutupi banyak sekali dosa. (1 Petrus 4:8). Christmas is all about love, makna sesungguhnya dari Natal adalah kasih. Why don't we give love on Christmas day?

Let's give love on Christmas day

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, December 18, 2011

Merdeka secara Spiritual

Ayat bacaan: Yesaya 9:5
====================
"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."

budak kulit hitamSejarah lahirnya jazz tidak bisa dipisahkan dari peranan warga kulit hitam yang kebanyakan hidup sebagai budak pada abad ke 19 hingga awal abad ke 20. Dalam keadaan tertindas dan menderita, ternyata mereka tidak memilih untuk meratapi nasib dan mengeluh. Mereka menuangkan perasaan mereka ke dalam pola-pola irama yang kemudian dikenal sebagai blues. Dari sana muncullah jazz sebagai gabungan dari blues, African rhythm, marching band dan gospel, jenis-jenis musik yang tumbuh subur di kalangan para warga kulit hitam pada masa itu. Saya terharu sekaligus kagum dan terkesan melihat pola pikir mereka pada masa itu. Mereka bukanlah orang-orang berpendidikan tinggi. Mereka ditindas dan dijadikan budak, dianggap warga kelas dua, bahkan seringkali dihina dan dijadikan bahan olok-olok oleh para tuan tanah berkulit putih. Tapi mereka tetap bisa mencurahkan perasaan mereka secara positif ke dalam musik, sesuatu yang pengaruhnya masih terasa hingga hari ini. Banyak lagu Natal yang berasal dari jaman itu, dan lagu-lagu itu pun bernuansakan pengharapan. Jelas, di dalam kondisi yang penuh penderitaan seperti itu, mereka tahu bahwa kelahiran Kristus turun ke dunia memberi jaminan akan keselamatan, dan tentu saja kemerdekaan. Kelahiran Kristus di mata mereka merupakan bukti nyata betapa besar kasih Tuhan kepada mereka, betapa berharganya mereka di mata Tuhan. Out of all the painful life, they went on singing cheerful and uplifting songs, and it's inspirational.

Kita bisa belajar dari mereka tentang bagaimana menyikapi kerasnya kehidupan. Mereka ditindas oleh sesamanya manusia, mereka dianggap tidak punya harga, tetapi mereka tahu bahwa serendah-rendahnya mereka di dunia, di mata Tuhan mereka berharga sangat tinggi. Sangat tinggi hingga Tuhan Yesus datang menebus dosa manusia dan memberikan kemerdekaan, bebas dari kutuk dan dosa, termasuk pula kepada para budak. Mereka tahu bahwa Tuhan merasakan penderitaan mereka, menangis bersama mereka. Dan kedatangan Kristus pun bermakna luar biasa sebagai bukti kasih nyata Tuhan kepada mereka.

Betapa mudahnya dosa berkuasa atas hidup kita, sampai-sampai banyak manusia yang tidak mampu keluar dari jerat dosa itu sama sekali. Tapi kelahiran Kristus bermakna sangat besar. Lewat kehadiran dan karya penebusanNya kita semua dimerdekakan, berubah dari hamba dosa berubah menjadi hamba kebenaran. Mari kita lihat sejenak apa yang difirmankan Tuhan lewat Paulus. "Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:17-18). Selanjutnya Paulus menjelaskan "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran...Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (ay 20,22-23). Semua itu merupakan anugerah yang kita peroleh dari Tuhan atas kasihNya yang begitu besar, dan hanya diberikan lewat AnakNya yang tunggal, Yesus Kristus. Lewat karya Kristus kita dibebaskan dan dimerdekakan dari dosa. Kita memperoleh buah yang akan membawa kita menuju sebuah hidup penuh sukacita yang tidak lagi fana, melainkan kekal.

Nubuatan mengenai kelahiran Kristus hadir lewat Yesaya. "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Ini sebuah berita besar bagi dunia. Di awal pasal 9 ini disebutkan bahwa "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." (ay 1). Kedatangan Kristus mengubahkan keadaan dunia yang gelap gulita dan menggantikannya dengan sebuah harapan dan kehidupan baru yang terang benderang. Oleh karenanya sorak sorai dan sukacita besar pun hadir bagi setiap orang percaya. (ay 2). Sebab apa? "Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian." (ay 3). Selain memberikan terang baru yang penuh harapan, Yesus Sang Raja Damai pun membawa kedamaian ke dalam hati kita, mengubahkan hati kita menjadi sebentuk hati yang penuh kasih. Atas semua ini, tidakkah kita pantas bersukacita?

Sebentar lagi kita akan merayakan kelahiran Tuhan Yesus. Yesus turun ke dunia bukan untuk bersenang-senang tapi demi menuntaskan misi yang diberikan Bapa kepadaNya, yaitu menyelamatkan semua manusia, meluputkan kita dari kebinasaan dan membawa kita beroleh kehidupan kekal. Kita bisa belajar dari para budak kulit hitam dalam memaknai kelahiran Tuhan Yesus. Mereka pada saat itu tertindas, tidak merasakan hak-hak pribadi mereka sebagai manusia, hidup dalam perbudakan, tapi mereka mampu bersukacita ketika mengingat bahwa Yesus telah turun ke dunia untuk memerdekakan segala manusia termasuk mereka. Yesus mematahkan segala belenggu yang mengikat kita. Mereka tahu meskipun mereka dirampas hak-haknya sebagai manusia oleh sesamanya, tetapi keselamatan menuju kehidupan kekal sudah dianugerahkan bagi mereka. Di dunia boleh saja tertindas, namun mereka adalah orang-orang yang merdeka secara spiritual, dan telah mendapatkan hak waris Allah dalam kerajaanNya. Karena itulah mereka bersukacita. Jika ada diantara teman-teman yang saat ini masih menderita, sulit lepas dari belenggu dosa atau permasalahan hidup, masih merasa terkurung dalam kegelapan dan sulit melihat datangnya cahaya terang atau masih berbeban berat, terikat dengan masa lalu yang membuat sulit untuk melangkah maju, teladanilah pola pikir yang penuh pengharapan dari para budak kulit hitam di masa lalu. Mereka bersukacita atas kelahiran Kristus, dan tidak ada satupun penderitaan yang mampu menggantikan sukacita itu dari hati mereka. Seperti kepada mereka, kepada kita pun kemerdekaan dan keselamatan telah dianugerahkan. For that we definately should rejoice.

Bersukacitalah sebab Yesus telah turun ke dunia bagi kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, December 17, 2011

Marah-Marah

Ayat bacaan: 1 Tesalonika 5:14
==================
"sabarlah terhadap semua orang."

marah"Ini orang parkir seenak jidatnya saja!" teriak seorang pengemudi yang tidak bisa keluar dari parkiran karena mobilnya terhalang sebuah mobil lain yang parkir seenaknya. Tukang parkir menjadi sasaran empuk karena seharusnya ia melarang mobil itu untuk parkir menutupi mobil lain. Tukang parkir itu pun kemudian kalang kabut mencari pemilik mobil tapi gagal menemukannya. Saya parkir kebetulan tidak jauh dari situ sehingga melihat kejadiannya secara jelas. Sementara si pemilik mobil yang terhalang masih marah-marah sambil membentak tukang parkir, belum juga ada tanda-tanda pengemudi mobil dibelakangnya kembali ke mobilnya. Pernahkah anda melihat hal ini? Rasanya kita sering melihat kejadian seperti ini, atau bahkan mengalaminya sendiri. Tidak hanya soal parkir sembarangan, kitapun kerap kesal melihat orang yang mempergunakan fasilitas umum sesuka hatinya tanpa mempedulikan orang yang mengantri dibelakang mereka. Di saat kita tidak sedang buru-buru saja rasanya sudah kesal, apalagi kalau kita sedang terjepit waktu. Bagaimana dengan orang yang berkendara di jalanan secara ugal-ugalan? Atau orang yang memencet klakson berlebihan di saat macet? Polisi yang menutup jalan seenaknya sehingga kita harus memutar jauh? Ada begitu banyak hal dalam hidup kita yang bisa memancing emosi dengan cepat. Alasan untuk emosi mungkin memang ada, tapi jika kita tidak mengontrolnya cepat maka pada suatu ketika emosi itu menjadi sulit untuk diredam. Akibatnya kita akan mempermalukan diri sendiri, atau yang lebih fatal lagi, melakukan tindakan-tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain yang pada suatu ketika akan kita sesali.

Tuhan sepertinya tahu sulitnya manusia untuk mengontrol kesabarannya. Mengapa saya bisa mengatakan hal ini? Karena baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru kita bisa menemukan pesan Tuhan berulang-ulang agar kita bisa melatih kesabaran kita. Lihatlah sebuah seruan Yakobus berikut ini: "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah." (Yakobus 1:19). Cepatlah mendengar, bukan cepat membantah, dan lambatlah berkata-kata apalagi marah. Mengapa? Yakobus melanjutkan: "sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1:19-20). Jangan gampang tersulut emosi, jangan cepat beradu argumen, tetapi dengarkanlah dahulu apa kata orang, atau cobalah berpikir hal-hal yang positif sebelum kita buru-buru berkomentar.

Berpikir hal-hal yang positif, itu bisa membuat kita tidak mudah terpancing emosi. Dan hal itu pun sudah diingatkan oleh Paulus. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Dalam hal meredam emosi, pesan Paulus ini sesungguhnya baik untuk diterapkan. Ketika orang parkir sembarangan menutup mobil kita, itu bisa menjadi saat yang tepat untuk berlatih berpikir positif. Mungkin ia sedang terdesak waktu, ada hal mendesak yang harus segera ia lakukan dan tidak bisa lagi menunggu. Atau kalaupun orang itu memang seenaknya saja, seharusnya kita merasa prihatin karena ia ternyata tidak mengerti tata krama dan bakal mengalami banyak kesulitan karenanya. Itu bentuk-bentuk pemikiran yang bisa mencegah kita dari kemarahan yang tersulut dengan cepat. Dan itulah yang baik untuk dilakukan, karena biar bagaimanapun, apapun alasannya, kemarahan tidaklah mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Ketika kita terbiasa hidup dengan kemarahan, seharusnya kita meninggalkan itu dan menggantikannya dengan kesabaran dalam mengisi hari-hari kita. Kekristenan selalu berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu. Ketika orang di dunia terbiasa cepat emosi bahkan merusak dan membunuh yang tidak sepaham, kita justru dianjurkan untuk bersabar dan mengasihi. Cobalah pikirkan, bukankah Tuhan pun sudah begitu sabar menghadapi kita? Bayangkan apabila sedikit saja salah kita langsung Dia habisi, apa jadinya kita? Tapi Tuhan bukanlah Pribadi yang gampang emosi seperti itu. Dia selalu sabar menghadapi kita, dan selalu menyambut kita dengan penuh sukacita ketika kita datang kepadaNya. Dia berpesta bersama seisi Surga ketika kita bertobat dan memutuskan untuk kembali kepadaNya dengan meninggalkan segala yang buruk. Jika Bapa saja seperti itu, mengapa kita malah menunjukkan sikap yang bertolak belakang, bahkan masih berani mengaku sebagai anakNya? Alkitab memang berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu secara luas. Dalam situasi paling sulit pun kita harus bersabar, apalagi dalam situasi-situasi kecil saja, itu seharusnya tidaklah susah untuk diatasi. Dari cara menangani hal-hal kecil kita bisa mulai melatih kesabaran ini.

Apa sebenarnya yang membuat Tuhan bisa begitu bersabar menghadapi kita yang kerap mengecewakanNya? Jawabannya hanya satu: karena Dia sungguh sangat mengasihi kita. Kasih itu ternyata punya kekuatan besar untuk mentransformasi manusia dan membawa perbedaan nyata ke arah kebaikan secara luas. Dan Firman Tuhan pun sudah menyatakannya. Dalam 1 Korintus 13:4-7 Paulus merinci satu persatu mengenai poin-poin penting yang tercakup dalam kasih. Dan lihatlah bahwa sabar merupakan satu di dalamnya, bahkan disebutkan paling depan. "Kasih itu sabar..." (ay 3). Jadi menerapkan kasih seharusnya bisa membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih sabar. Sebaliknya tanpa adanya kasih, akan sulit bagi kita untuk mengontrol emosi. Cobalah hidup dengan penuh kebencian, maka segala tindakan destruktif, kejam dan tak beradab akan menjadi gaya hidup kita. Lalu perhatikanlah bahwa dengan membiarkan diri kita hidup dipimpin oleh Roh, itupun akan mampu menghasilkan buah-buah Roh dimana salah satunya adalah kesabaran. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Hidup oleh kasih dan dipimpin oleh Roh akan membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang baik seperti yang diharapkan Tuhan.

Selain seruan Yakobus di atas, Paulus pun pernah mengingatkan hal yang sama dalam surat-suratnya. "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2). Serangkaian nasihat sebelum Paulus menutup suratnya kepada jemaat Tesalonika pun berisi pesan agar kita bisa menjadi orang-orang yang sabar. "sabarlah terhadap semua orang." (1 Tesalonika 5:14).

Kita tidak bisa menghindari persinggungan dengan situasi atau orang-orang yang berpotensi membuat kita tersulut amarah. Kapanpun dan dimanapun kita bisa bertemu dengan mereka ini. Kita tidak bisa mengelak selamanya, tapi apa yang bisa kita lakukan adalah merubah paradigma berpikir kita dengan hal-hal positif, dan mengisi hati kita dengan sikap yang mengasihi orang lain. Kedua hal ini akan mampu membuat diri kita teduh, sejuk dan dengan demikian kita tidak harus kehilangan sukacita dan bisa tetap menikmati hari demi hari secara maksimal. Jika anda berhadapan dengan orang-orang sulit atau situasi sulit yang berpotensi mengesalkan anda, andalkanlah Tuhan. Rohnya ada didalam anda, sehingga buah-buah yang dihasilkan Roh itu akan mampu membuat anda memandang situasi atau orang tersebut dengan cara pandang yang berbeda. Dasarkan pandangan dalam kasih dan hiduplah bertumbuh dalam buah-buah Roh, itu akan membuat kita menjadi orang-orang yang jauh lebih sabar dalam segala situasi dan kondisi.

Kemarahan tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah 

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, December 16, 2011

Tamak

Ayat bacaan: Yakobus 2:15-16
======================
"Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?"

tamakKetika kita diberkati lebih dari cukup, apa yang kita lakukan? Kita mungkin berpikir untuk membeli barang-barang yang kita sudah lama kita idam-idamkan. Kita mungkin langsung memikirkan untuk pergi berlibur ke sebuah tempat yang sudah sekian lama pula kita inginkan. Ada yang berpikir untuk mendepositokan dan sebagainya. Semua itu tentu tidak salah. Tapi seberapa jauh kita terpanggil untuk membantu sesama kita lewat berkat yang sudah kita terima dari Tuhan?

Ada banyak orang yang salah kaprah dalam menyikapi berkat yang diberikan Tuhan. Mereka berpikir bahwa semua itu adalah untuk membuat mereka bisa hidup mewah, berfoya-foya menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu benar. Di satu sisi memang kita berhak memakai berkat yang kita peroleh untuk membeli keperluan-keperluan kita. Tapi di sisi lain kita harus ingat juga bahwa Tuhan memberi berkat bukan untuk kita simpan sendiri tetapi untuk memberkati orang lain. Kita diberkati bukan untuk ditimbun dan dipakai semata-mata untuk kepentingan pribadi, ttetapi kita diberkati untuk memberkati. Dalam kitab Yehezkiel dikatakan: "Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan kebenaran..tidak menindas orang lain, ia mengembalikan gadaian orang, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, tidak memungut bunga uang atau mengambil riba, menjauhkan diri dari kecurangan.." dan sebagainya. (bacalah Yehezkiel 18:5-9) Dalam Perjanjian Baru pun pesan seperti ini disampaikan beberapa kali, misalnya lewat Yakobus. "Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?" (Yakobus 2:15-16). Perhatikanlah bahwa Tuhan menginginkan kita untuk menjadi saluran berkatNya dan bukan untuk membuat kita menjadi orang-orang yang serakah.

Sebenarnya berapapun yang ada pada kita saat ini bisa sangat bermanfaat untuk membantu orang lain. Besar atau kecil nilainya, selama itu diberikan dengan hati yang iklas dan penuh sukacita maka Tuhan pun akan memperhitungkannya dengan sangat tinggi. Lihatlah kisah seorang janda miskin yang memberi persembahan dalam jumlah kecil, hanya dua peser alias satu duit. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan half a cent atau setengah sen. (Markus 12:42). Jumlah itu jauh nilainya dibawah pemberian orang-orang kaya pada saat bersamaan. (ay 41). Ketika itu Yesus tengah berada disana dan mengamati setiap orang yang memberi persembahannya. Apakah jumlah yang besar itu yang menarik perhatian Yesus? Ternyata tidak. Justru si ibu janda yang miskin lah yang mendapat perhatian Yesus. "Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan." (ay 43). Mengapa Yesus mengatakan seperti ini? "Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (ay 44). Artinya, berapa pun yang ada pada kita, kita bisa mulai peduli dan tergerak untuk memberi, karena seringkali bukan masalah ada dan tidak ada atau cukup dan tidak cukup, melainkan masalahnya adalah hati kita. Pada akhirnya kita harus sampai kepada pola pemikiran yang tepat sesuai Firman Tuhan, seperti yang tertulis dalam ayat berikut ini: "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35).

Apabila anda diberkati hari ini dengan penghasilan yang besar, bersyukurlah dan pergunakan untuk memberkati sesama. Membantu yang kekurangan, menolong yang kelaparan, memberi pakaian bagi yang kurang mampu, semua itu adalah tugas dan kewajiban kita sebagai orang percaya. Mahatma Gandhi pernah mengatakan: "Earth provides enough to satisfy every man's need, but not every man's greed". Bumi cukup untuk memuaskan semua orang, tetapi tidak akan pernah cukup untuk satu orang yang tamak. Bumi ini sudah diciptakan Tuhan dengan begitu baik sehingga cukup untuk semua manusia, terlebih ketika kita orang percaya bisa berfungsi secara benar sesuai panggilan Tuhan. Tetapi dunia dan segala isinya ini tidak akan pernah cukup bagi orang-orang yang tamak atau serakah, yang ingin selalu memiliki lebih dan lebih lagi tanpa pernah merasa bersyukur. Yesus sudah mengingatkan: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Lukas 12:15). Hendaklah kita semua hidup dengan rasa cukup dan tidak dikuasai oleh sifat serakah. Dalam keadaan apapun tetaplah bersyukur dan ingatlah bahwa di atas segalanya Tuhan sendiri yang akan memelihara hidup kita. Menjelang hari Natal yang semakin dekat, ini saatnya untuk menjadi saluran berkat dari Tuhan kepada sesama.

Hiduplah dengan rasa cukup dan hindari sifat tamak

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, December 15, 2011

Indah namun Mematikan

Ayat bacaan: Yakobus 1:15-16
========================
"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."

indah namun mematikanTahukah anda bahwa ada dua jenis ular yang sepintas sangat mirip namun yang satunya mematikan? Lihatlah gambar disamping kiri, disana anda akan melihat kedua ular yang mirip. Coral snake (kanan) sekilas pandang sulit dibedakan dengan kingsnake (kiri). Pattern atau pola warnanya sangat mirip, yaitu garis-garis hitam, kuning dan merah. Kingsnake tidak berbisa sama sekali, tapi coral snake punya bisa yang mematikan. Kekuatan racunnya dua kali lipat dari ular derik atau rattlesnake, sehingga dianggap sebagai salah satu jenis ular atau bahkan hewan yang paling berbisa yang ada di muka bumi ini. Bayangkan jika anda salah mengira karena kemiripan kedua jenis ular ini. Anda mengira itu ular kingsnake yang tidak berbisa, padahal itu adalah coral snake yang sangat tinggi kadar racunnya. Para ahli mengatakan bahwa pada umumnya binatang berbisa atau beracun di dunia ini memiliki warna yang sangat terang dan menarik untuk dilihat. Salah satu pembeda antara coral snake dan kingsnake pun adalah kadar terang warnanya. Kingsnake memiliki warna yang lebih redup dibanding coral snake yang warnanya menyala. Warna terang yang pada umumnya dimiliki oleh hewan berbisa ini biasanya dipakai untuk memberi peringatan terlebih dahulu kepada apapun atau siapapun yang berada terlalu dekat dengan mereka, atau di sisi lain untuk menarik perhatian mangsa mereka. Warna mereka yang indah dan cerah memang bisa terlihat menarik perhatian, tetapi lihatlah bahayanya berada dekat dengan mereka. Dari sisi tumbuhan, lihatlah jamur. Jamur sering kita makan, tapi hati-hati, karena tidak semua jamur bisa dimakan. Ada jamur yang punya racun mematikan, dan kalau kita mengkonsumsinya maka kita bisa mati. Lagi-lagi secara umum jamur yang beracun memiliki warna cerah yang indah dilihat. Seorang teman yang tinggal di luar sana mengatakan bahwa semakin indah warna jamurnya, semakin tinggi pula racunnya.

Hal yang sama juga berlaku mengenai dosa. Dosa seringkali hadir dari sesuatu yang kelihatannya indah dan menyenangkan. Kita bisa tertarik pada jebakan dosa lewat hal-hal yang mungkin bisa memberi kepuasan atau kenikmatan instan. Pada awalnya mungkin terlihat menyenangkan dan kita tertarik, padahal itu hanyalah semu dan pada akhirnya menjerumuskan kita pada dosa yang ujung-ujungnya menuju pada maut. Ada banyak orang yang lari pada obat-obat terlarang karena stres. Mereka mengira bisa menjadi rileks dan lepas dari masalah jika mengkonsumsi obat-obatan itu, tapi kita tahu bagaimana nanti akhirnya. Ada yang korupsi karena tergiur kemilau harta, berselingkuh atau berzinah dan sebagainya. Semua itu mungkin terlihat menyenangkan, tetapi semua itu adalah dosa yang sangat mematikan, sama seperti coral snake atau hewan-hewan beracun lainnya yang terlihat indah, atau jamur berwarna terang yang menarik, tetapi sebenarnya sangat beracun dan mematikan.

Yakobus mengajarkan bahwa keinginan akan kenikmatan-kenikmatan yang tidak bisa kita kendalikan akan menyeret kita ke dalam pusar kesesatan. Ketika keinginan itu berhasil memikat kita, dosa pun hadir. Seiring berjalannya waktu, dosa itu pun akan matang dan melahirkan maut. Begitu jelasnya pesan Yakobus ini dicatat dalam Alkitab: "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15-16). Racun biasanya membutuhkan waktu untuk menyebar hingga akhirnya membunuh, begitu juga dosa biasanya membutuhkan waktu hingga kita merasakan dampaknya. Awalnya nikmat, namun berakhir maut. Keinginan-keinginan daging seperti apa saja yang bisa menjadi jebakan "beracun" ini? Paulus sudah merincinya. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (Galatia 5:19-21). Terhadap segala keinginan daging ini, kita harus berhati-hati agar tidak terseret ke dalam jurang kesesatan yang berujung maut.

Jangan main-main terhadap dosa. Semenarik-menariknya tawaran yang memoles sebuah dosa hingga kadang tidak terlihat kasat mata, ingatlah kita harus hati-hati betul terhadap semua jebakan ini. Ketahuilah bahwa Tuhan menganggap dosa sebagai "kejijikan yang Aku benci" (Yeremia 4:44). Dosa inilah yang menjadi jurang pemisah hubungan kita dengan Allah. "Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Tuhan sudah mengasihi kita sebegitu besar hingga Dia bahkan rela menganugerahkan Kristus untuk datang ke dunia dan menebus segala dosa kita di atas kayu salib. Dari sanalah hubungan kita dengan Tuhan dipulihkan dan kita dilayakkan untuk menerima janji-janjiNya. Itu sebuah kasih karunia luar biasa, sebuah bentuk kasih atau hadiah yang diberikan kepada kita yang sesungguhnya tidak layak menerimanya. Tuhan sangat mengasihi kita dan sangat peduli pada keselamatan kita. Dia tidak ingin satupun dari kita harus berakhir ke dalam siksaan yang kekal. Maka dari itu, hendaklah kita jangan bermain-main dengan dosa. Selalu hindari dosa sejak dini, waspadalah terhadap segala sesuatu keinginan yang berasal dari daging sebelum terlambat.

Dosa bisa terlihat nikmat dan menarik, tapi sesungguhnya sangat mematikan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Hidup Sederhana

Ayat bacaan: Ulangan 16:16
====================
"Beginilah perintah TUHAN: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa."

sederhanaDalam sebuah obrolan santai dengan beberapa teman, ada seseorang di antara mereka yang melontarkan pertanyaan: "apa perasaan yang paling sulit menurut kalian untuk dikendalikan?" Jawabannya beragam, tetapi ada satu jawaban yang saya rasa menarik, yaitu "rasa cukup." Saya rasa apa yang ia katakan itu benar, apalagi di dunia sekarang yang akan dengan mudah membuat kita menjadi masyarakat konsumtif. Ada begitu banyak kebutuhan yang tiba-tiba dianggap sangat penting untuk dimiliki, tidak bisa tidak, dan banyak diantaranya bukan karena fungsi atau kegunaannya melainkan karena gengsi. Selalu saja ada barang-barang atau gadget yang rasanya harus kita miliki atau kalau tidak maka kita pun malu dianggap ketinggalan jaman, tidak sanggup dan sebagainya. Betapa seringnya kita terus merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki. Kita terus ingin lebih dan lebih lagi, sering iri melihat apa yang dimiliki oleh orang lain, bahkan tidak sedikit yang malah menuduh Tuhan pilih kasih atau tidak adil. Mudah bagi kita untuk menginginkan lebih banyak tetapi sulit bagi kita untuk merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini. Rasa tidak pernah puas menjadi kebiasaan banyak orang, itu dianggap wajar, dan kalau demikian bagaimana kita akan pernah bersyukur atas segala yang telah kita miliki hari ini.

Tuhan tidak menginginkan kita memiliki pola pikir seperti itu. Tuhan ingin kita tahu berterimakasih dan bersyukur atas apa yang kita punya saat ini. Tidak dipungkiri akan ada kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi kedepannya, tetapi itu bukan berarti kita harus merasa kurang, tidak puas lalu mengeluh dan sulit untuk mengucap syukur.

Perbandingan langsung antara cukup dan tamak bisa kita lihat lewat kisah bangsa Israel pada masa pengembaraan mereka dibawah pimpinan Musa menuju tanah ternjanji, Kanaan. Bangsa Israel saat itu dikenal sebagai bangsa keras kepala, tegar tengkuk yang selalu sulit untuk bersyukur atas berkat yang sudah turun atas mereka. Walau sudah berkali-kali mereka menyaksikan langsung penyertaan dan mukjizat Tuhan turun atas mereka, tetapi mereka tetap saja bersungut-sungut dan terus menuntut lebih dan lebih lagi. Begitu cepatnya mereka mengeluh, begitu mudahnya mereka bersungut-sungut. Hari ini bersukacita besok mereka sudah melupakan semua berkat itu dan kembali mengeluh tak habis-habisnya.

Salah satu contohnya bisa kita lihat dalam Keluaran 16:1-36. Pada bagian ini diceritakan ketika bangsa Israel berangkat dari Elim dan tiba di padang gurun Sin, setelah satu setengah bulan berada dalam perjalanan. Karena kelaparan dan mungkin bekal mereka habis, mulailah mereka mengeluh dan berkata "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (ay 3). Tuhan yang mengasihi mereka lalu menjawab permintaan mereka dengan mengirimkan hujan roti dari langit. "Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak." (ay 4). Lihatlah sebuah pesan penting hadir dalam ayat ini. Meski Tuhan mengabulkan permintaan mereka, namun Tuhan berpesan agar mereka memungut secukupnya saja. Dasar tamak, ternyata mereka masih juga merasa belum cukup. Tuhan pun kembali menurunkan burung puyuh sampai menutupi perkemahan mereka. (ay 13). Dan kembali Tuhan memberi pesan: "Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa." (ay 16). Segomer itu kira-kira dua liter, itupun sebenarnya sudah lebih dari cukup. Dari kisah ini kita bisa memetik pelajaran bahwa meski Tuhan lebih dari sekedar sanggup memberkati kita secara berkelimpahan, tetapi kita tidak boleh terjebak kepada nafsu ketamakan. Hidup sederhana atau secukupnya tetaplah merupakan gaya hidup yang diinginkan Tuhan untuk diadopsi anak-anakNya.

Dalam kisah turunnya hujan roti dan burung puyuh di atas kita melihat dua kali pesan Tuhan berbunyi sama, agar mereka mengambil secukupnya saja. Tuhan ingin berkata: "Meski Aku sanggup memberkati secara berkelimpahan, tetapi hiduplah sederhana!". Jika hari ini ada diantara anda yang merasa masih hidup dalam kekurangan, ingatlah bahwa sesungguhnya Tuhan telah memberikan segala sesuatu di muka bumi ini secara cukup untuk kita olah, manfaatkan dan maksimalkan. Kita harus terus belajar untuk hidup dengan rasa cukup. Apa yang dikatakan cukup oleh firman Tuhan? "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:8). Dan ingatlah firman berikut: "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." (ay 6). Mudah bagi kita untuk terus merasa tidak puas, tapi seringkali sulit bagi kita untuk bersyukur. Tuhan pasti sanggup memberkati kita berlimpah-limpah, tetapi sangatlah penting bagi kita untuk belajar bersyukur terlebih dahulu atas apa yang ada pada kita hari ini.

Hidup sederhana merupakan gaya hidup yang harus dimiliki orang percaya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, December 14, 2011

2012 Happy New Year Cards

The new year carnival season is on the way to bring pleasure to everyone and array of party time for people. Select any of these 2012 Happy New Year Cards to exchange lovely notes of messages and wishes to your dear people. We wish Happy 2012 to our visitors.




New Year Postcards

Exchange warm greetings of the coming new year celebrations with these new year postcards full of pleasing wishes, messages, greetings and lovely notes. Click to get copy of the card to forward to your loved ones and dear ones.




Printable New Year Cards

Click to your favorite printable card to wish Happy New Year to your special ones and also send them invitation note to be part of the 31st December new year's eve celebration party. Hope these cards are enjoyed by all.




Online New Year Cards

Grab your free copy of any of these Online New Year Cards to exchange happiness, excitement and greetings of the celebrations welcoming brand new year 2012. Click to select the greeting card to forward the same to others.




New Year Message Cards

Express your happiness, cheer and joy of welcoming year 2012 in the company of loved ones to have pleasing days ahead. Select from these listed New Year Message Cards to exchange warm greetings of the holidays.




Menemui Raja di TahtaNya

Ayat bacaan: Ibrani 4:16
=================
"Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya."

tahta rajaMembaca fakta sejarah selalu menyenangkan buat saya. Hari ini saya membaca sebuah penggalan sejarah dunia ketika Versailles ditetapkan sebagai ibukota Perancis pada tahun 1682 oleh Raja Louis XIV. Versailles tetap menjabat sebagai pusat pemerintahan sampai tahun 1789 sebelum akhirnya dipindahkan ke Paris, yang menjadi ibukota Perancis sampai sekarang. Di Versailles pada masa itu terdapat Galerie des glaces alias Hall of Mirrors, sebuah aula besar dan mewah yang panjangnya mencapai hampir 100 meter. Aula mewah ini masih bisa dilihat hingga sekarang di istana Versailles. Ada banyak jendela besar yang mengarah ke kebun indah di luar dan patung-patung indah disana. Pada masa itu apabila orang hendak menemui raja Louis XIV, mereka harus membungkuk setiap lima langkah sepanjang Galerie des glaces itu hingga sampai di tahta raja. Dan itu berlaku untuk siapapun, termasuk bagi utusan-utusan negera lain yang berkunjung kesana. Begitu pentingnya posisi Perancis pada abad itu sehingga para utusan terhormat ini harus rela melakukan itu demi memperoleh kebaikan dari kerajaan Perancis. Kalaupun tidak harus menunduk, tidaklah mudah bagi kita untuk bisa berjumpa dengan raja atau kepala negara, bahkan presiden di negara sendiri. Cobalah kirim surat kepada Presiden dan minta dijadwal bertemu dengan anda, apakah beliau mau melakukannya? Kecuali anda orang yang sangat terkenal dan berpengaruh, anda tidak akan ditanggapi. Ada begitu banyak urusan yang menyita waktu dari kepala negara sehingga tidaklah mungkin baginya melayani satu per satu dari tiga ratus juta lebih penduduk Indonesia.

Sekarang bayangkanlah Sosok Raja diatas segala raja yang duduk di tahtaNya di Surga. Ternyata untuk bertemu dengan Allah kita justru tidak perlu membungkuk-bungkuk sepanjang 5 meter sekali, dan tidak perlu membuat janji temu terlebih dahulu. Raja di atas segala raja selalu siap membuka tahtaNya lebar-lebar kepada siapapun. Dia tidak pernah terlalu sibuk untuk mengurus kita, Dia tidak pernah membeda-bedakan orang dan akan menerima siapapun yang datang kepadaNya dengan sukacita yang besar. Seperti itulah Allah yang berkuasa di atas semua yang paling berkuasa di dunia ini. Dari mana kita tahu akan hal ini? Mari kita lihat ayatnya seperti yang kemarin sudah saya tuliskan. "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16). Ini adalah sebuah anugerah yang kita terima lewat Kristus. Dialah Sang Imam Besar atau Imam Agung yang telah memungkinkan anugerah luar biasa besar ini untuk bisa kita nikmati. Secara simbolis hal itu tergambar jelas ketika Yesus mati di atas kayu salib. "Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah." (Markus 15:37-38). Itulah saat ketika hubungan manusia dan Tuhan dipulihkan. Tidak ada lagi sekat apapun yang merintangi. Setelah itu siapapun kita bisa datang menghadap takhta kudus kasih karunia Tuhan kapan saja dan dimana saja dengan penuh keberanian. Jika sebelumnya manusia hanya bisa berhubungan dengan Tuhan melalui perantaraan para nabi atau pemuka agama yang terpilih, setelah penebusan Kristus hubungan kita dengan Tuhan tidak lagi dibatas oleh sekat apapun. Kita bisa menemui Raja di atas segala raja, lalu menerima rahmat dan kasih karuniaNya, demikian juga pertolonganNya yang begitu indah.

Belakangan Paulus menyingkap hal ini secara lebih jelas dan eksplisit.

"Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat", karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:13-18). 

Ini adalah sebuah anugerah luar biasa yang sudah sepantasnya kita syukuri. Bagaimana tidak? Tuhan sendiri telah mengundang kita melalui Kristus. Itulah sebabnya Penulis Ibrani mengatakan bahwa kita bisa menghampiri tahta kasih karunia dengan penuh keberanian.

Semua tergantung dari kita. Apakah kita sudah atau mau menanggapi undangan terbuka dari Tuhan atau masih menolak atau menyia-nyiakannya? Tidakkah bodoh jika kita mengabaikan kesempatan sebesar itu? Apabila kepala negara atau kepala daerah membuka diri dan kita bisa menemui mereka dengan bebas dan dekat, apakah kita akan menolaknya? Lalu bagaimana dengan undangan dari Raja yang berada di atas mereka. Ini adalah undangan yang sangat terhormat yang seharusnya tidak kita buang begitu saja. Oleh karena itu, datanglah dengan penuh hormat, rasa kagum dan dengan ucapan syukur. Temuilah Allah di tahta kasih karuniaNya yang kudus. Dia tidak pernah terlalu sibuk untuk menerima anda di tahtaNya. Dia selalu dengan senang hati mendengar bagaimana anda mengasihiNya, dan akan selalu peduli utnuk mendengar setiap permohonan kita setiap saat.

Pintu tahta Allah selalu terbuka bagi anda dan saya kapan saja, karenanya jangan sia-siakan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, December 13, 2011

Kasih Karunia (2)

(sambungan)

Kasih karunia sesungguhnya memberikan begitu banyak hal dalam pertumbuhan kehidupan kita. Selain memberikan kuasa besar untuk melakukan banyak hal besar (Kisah Para Rasul 4:33), kekuatan (2 Timotius 2:1) dan keselamatan oleh iman (Efesus 2:8), kita jangan lupa pula bahwa dalam kasih karunia ada pemulihan kepercayaan. Simaklah apa yang dikatakan Penulis Ibrani: "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16). Kita seharusnya bisa menggantikan ketakutan atau kecemasan kita dengan sebentuk keberanian yang penuh untuk menghampiri tahta kasih karunia. Keberanian untuk menghampiri tahta kasih karunia akan mampu menjawab begitu banyak persoalan kita dan memberi solusi menurut Kerajaan Allah akan segala sesuatu. Apakah kita perlu pertolongan? pemulihan? pengampunan? jamahan? kebebasan? kesembuhan? kelepasan? kemenangan? berkat? hikmat? Semua itu bisa kita peroleh seperti kata alkitab dalam "tahta kasih karunia", yang dalam bahasa Inggrisnya disebut the throne of grace, the throne of God's unmerited favor to us sinners.
Pemulihan kepercayaan dan peneguhan iman, itu tersedia di tahta kasih karunia. Sebagai anak-anak Tuhan kita berhak untuk datang ke dalam tahta kasih karunia ini dan menikmatinya. Apabila kita terus merasa tidak layak atau tidak pantas, maka dengan sendirinya kitapun kehilangan kesempatan untuk memperoleh anugerah Tuhan yang luar biasa ini untuk turun atas kita. Hanya orang yang memiliki keberanian saja yang bisa mendapatkan lebih banyak kasih karunia. Semakin kita berani mendekat maka semakin banyak pula anugerah Allah yang mengalir ke dalam diri kita. Hanya saja kita harus ingat, bahwa tahta Allah yang kudus tidak bisa didekati apabila kita masih memupuk dosa dan melakukan banyak kejahatan dalam hidup kita. Ketidak-kudusan itu bisa menghambat turunnya kasih karunia bagi kita dan membuat kita menjauh dan gagal meraih itu. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2). Artinya, kita harus terlebih dahulu melakukan pertobatan menyeluruh dan tidak mengulanginya lagi, lalu selanjutnya kita tidak perlu takut mendekati tahta kasih karunia.

Lebih lanjut lagi, Penulis Ibrani juga mencatat mengenai apa yang akan terjadi jika kita menolak kasih karunia. "Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang." (Ibrani 12:15) Menjauhkan diri atau menolak kasih karunia Tuhan bisa menimbulkan akar pahit. Gampang emosi, gampang sakit hati, menyendiri dan sebagainya bisa timbul akibat perasaan tidak layak yang memenuhi diri kita. Akibatnya bukan hanya kepada diri kita saja, tetapi bisa pula menimbulkan ekses negatif dimana-mana dan menjadi batu sandungan bahkan racun bagi banyak orang. Menjaga diri agar senantiasa berada dekat dengan kasih karunia akan memampukan kita terhindar dari tuduhan-tuduhan yang terus dilancarkan iblis. Kasih karunia akan membuat kita tahu betapa besar kasih Allah kepada kita.

Sebuah kasih karunia bukanlah kasih karunia apabila diberikan sebagai balas jasa. Kasih karunia disebut kasih karunia karena diberikan kepada kita yang sebenarnya tidak layak untuk menerimanya. Keselamatan diberikan atas dasar kasih karunia Allah yang begitu besar kepada kita. Begitu besar hingga Allah bahkan meningkatkan intensitasnya di mana dosa justru bertambah banyak. (Roma 5:20). Menjelang perayaan Natal tahun ini, marilah kita sama-sama renungkan, apakah kita sudah menyadari betul bahwa kasih karunia Allah sudah dicurahkan atas diri kita? Apakah kita sudah cukup memiliki "jendela" iman untuk menerima kucuran kasih karunia Allah bagaikan sinar matahari untuk menerangi hidup kita? Apakah kita masih merasa tertuduh dan tidak yakin akan jaminan keselamatan yang telah dianugerahkan lewat Kristus? Sadarilah bahwa tanpa kasih karunia hidup ini akan sangat pahit dan penuh ketidakpastian. Ada pemulihan di dalam kasih karunia, dan itu berlaku bagi semua orang, termasuk anda dan saya. Jangan biarkan iblis terus menuduh anda. Miliki dan rasakanlah kemerdekaan sejati sekarang juga.

Hidup tidak akan tenang tanpa kasih karunia

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, December 12, 2011

Kasih Karunia (1)

Ayat bacaan: Ibrani 12:5
===================
"Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang."

kasih karuniaBeberapa waktu lalu satu dari teman saya datang dan bercerita mengenai penyesalannya akan sesuatu. Ia mendapat sebuah tawaran untuk bekerja di luar negeri, tapi itu ditolaknya karena ia merasa tidak layak menerimanya. Seiring waktu ia mulai menyesal telah menolak tawaran itu. Ia mencoba kembali menghubungi yang menawarkan, tetapi posisi itu ternyata sudah diberikan kepada orang lain, dan orang itu sukses bekerja disana. "Saya menyesal telah menyia-nyiakan peluang besar, itu kesalahan terbesar saya.." katanya. Ia pun sadar bahwa tidak ada alasan apapun yang bisa membuatnya merasa tidak layak. Bukankah ia yang ditawarkan dan bukan menawarkan diri? Bukankah itu artinya yang menawarkan tentu tahu kualitasnya? Penyesalan seringkali datang terlambat, dan dalam banyak hal kita tidak bisa lagi atau setidaknya sulit untuk memperbaikinya.

Dalam kehidupan kerohanian kita pun sering melakukan itu. Ada orang-orang yang secara tegas menolak kasih karunia Allah akan keselamatan yang diberikan lewat Kristus. Pintu dibuka lebar, kesempatan diberikan, namun mereka memang menolak. Dan akan hal ini Paulus mengatakan: "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah." (2 Korintus 4:3-4). Disisi lain, ada orang yang menyadari dosa dan kemudian bertobat. Itu tentu merupakan hal yang sangat baik. Tetapi kadang kala ada di antara mereka ini yang merasa bahwa dosanya sudah terlalu besar sehingga sulit rasanya membayangkan pengampunan Tuhan bisa turun secara total atas diri mereka. Rasa tidak layak yang mereka rasakan membuat mereka ragu bahwa mereka pun berhak memperoleh anugerah keselamatan. Ada beberapa teman saya yang masih bergumul dengan kepercayaan akan keselamatan ini, mengingat bahwa masa lalu mereka tidaklah bisa dibanggakan, kalau tidak bisa dikatakan berlumur dosa. Mereka tidak yakin nama mereka tercatat dalam kitab kehidupan. Kecemasan pun kemudian terus menjadi bagian hidup mereka. Dicekam rasa bersalah, merasa masih kurang meski mereka sudah berusaha hidup benar. Sadarilah bahwa hal seperti ini seringkali menghambat pertumbuhan iman. Justru bukan karena dosa lagi, tetapi karena kecemasan yang terus menghantui diri mereka. Disana iblis akan dengan senang hati membuat kita terus menjadi tertuduh, dan itu adalah hal yang seharusnya tidak boleh kita biarkan. Tuhan jelas berulang-ulang menyatakan bahwa Dia melimpahkan kasih karuniaNya kepada kita semua. Dan itu dia berikan justru ketika kita masih dalam keadaan berdosa. Itulah sebuah kasih karunia yang luar biasa yang diberikan Tuhan kepada kita, itulah hasil dari kasih Tuhan yang begitu besar pada kita.

Kasih karunia merupakan kasih yang dicurahkan Tuhan kepada kita yang seharusnya tidak layak untuk menerimanya. Sebuah kasih karunia bukanlah kasih karunia jika diberikan atas hasil jerih payah atau usaha kita. Kalau berdasarkan usaha, itu namanya imbalan bukan karunia. Kasih karunia ini pun diberikan Tuhan kepada semuanya tanpa terkecuali, bahkan hebatnya lagi dikatakan akan meningkat intensitasnya di mana dosa bertambah banyak. Ayatnya berbunyi demikian  "..dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah." (Roma 5:20). Lihatlah betapa besarnya kasih Tuhan kepada kita.  Mengapa Tuhan melakukan hal itu? "supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (ay 21). Itulah sebuah bukti kepedulian dan besarnya kasih Allah kepada manusia. Dia tidak menginginkan satupun dari manusia untuk binasa. Lewat Yesus Kristus AnakNya yang tunggal, Tuhan menganugerahkan keselamatan kepada kita, once and for all, sekali untuk selamanya.

Tidak hanya orang-orang yang terang-terangan menolak, tapi apabila kita terus merasa tidak layak atau tidak pantas menerima keselamatan, itu sama artinya kita menolak kasih karunia. Mari kita ambil satu  contoh mengenai Petrus yang telah menyangkal Yesus tiga kali. Dalam Alkitab kita bisa membaca bahwa Petrus bukan hanya menyangkal, tetapi ia pun mengutuk dan menyumpah. (Matius 26:74). Kesalahan yang dilakukan Petrus tidaklah kecil. Ia menghianati Sosok yang telah mengangkatnya untuk masuk ke dalam terang, lebih dari itu ia telah menistakan Tuhan. Seharusnya tidak ada ganjaran yang lebih tepat lagi selain binasa bukan? Itu pemikiran kita, dan itu berbeda dengan pemikiran Tuhan. Lihatlah bagaimana kasih karunia Tuhan yang penuh dengan pengampunan itu bekerja. Setelah Yesus bangkit dan melakukan penampakan di depan banyak orang, Dia pun kemudian menghampiri Petrus. Kita pun tahu kemudian Yesus menanyakan apakah Petrus mengasihiNya berulang-ulang sebanyak tiga kali. Setiap kali Petrus menjawab bahwa ia mengasihi Yesus maka Yesus pun memintanya untuk menggembalakan domba-dombaNya. (Yohanes 21:15-19).  Di akhir dialog antara Yesus yang sudah bangkit dengan Petrus kita bisa melihat pemulihan indah ini. "Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku." (ay 19). Petrus sudah melakukan dosa yang besar. Sangat besar. Tetapi simaklah apa yang terjadi. Tuhan memberi kasih karuniaNya, bahkan tugas mulia pun masih dipercayakan kepadanya. Bagaimana dengan Paulus? Dari Saulus seorang teroris besar di jamannya lalu dipulihkan dan dipakai secara luar biasa. Dari Paulus pun kita bisa melihat bagaimana kasih karunia yang tak terbatas dan tak terukur itu menjangkau semua orang tanpa terkecuali.


(bersambung)

Sunday, December 11, 2011

Menjadi Buah Bernilai Tinggi

Ayat bacaan: Galatia 5:22-23
======================
"Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."

buahBuah durian di Medan bukanlah termasuk buah yang terlalu mahal. Tapi cobalah beli durian di Bandung, maka harganya bisa tiga kali lipat lebih mahal. Ketika saya pergi ke sebuah negara di Skandinavia sekitar 10 tahun lalu, saya pun sempat kaget melihat harga sebutir rambutan (bukan seikat seperti yang dijual di negara kita) bisa mencapai lima puluh ribu rupiah dengan kurs pada waktu itu. Dan rambutan itu sama sekali tidak dalam kondisi baik. Sudah berkerut dan hitam. Tapi tetap saja buah tropis seperti itu bernilai tinggi karena termasuk jenis yang langka untuk diperoleh disana. Harga buah bisa melonjak sangat tinggi karena kelangkaannya di masing-masing daerah atau negara. Kita mungkin tidak terlalu bersemangat ketika melihat rambutan, tapi di luar sana buah itu dianggap berharga karena sulit didapat setiap hari.

Saya ingin menyambung renungan kemarin mengenai buah yang masam. Kemarin kita sudah melihat bagaimana kecewa dan marahnya Tuhan melihat sebagian orang yang tidak kunjung berbuah baik meski Dia sudah memberi segalanya. "Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga ditengah - tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." (Yesaya 5:2). Bayangkan Tuhan sudah memberi kunci Kerajaan Surga, tapi anak-anakNya mengabaikan itu semua dan tidak membawa "buah" atau dampak apapun dalam hidup mereka. Tidaklah heran apabila Tuhan kecewa karenanya. "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (ay 4). Harus bagaimana lagi supaya anak-anak-Ku di dunia ini menyadari jatidirinya? Harusnya mereka menjadi teladan bagi banyak orang, tetapi mengapa malah menjadi batu sandungan? Seperti itulah mungkin kekecewaan Tuhan. Lalu lihatlah bagaimana marahnya Tuhan. "Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya." (ay 5-6).  Dalam injil Matius, pokok-pokok yang tidak menghasilkan buah yang baik dikatakan akan "ditebang adan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10). Dalam Wahyu kita kembali mendapati konsekuensi yang harus dihadapi oleh "buah-buah anggur asam" ini. "...Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak." Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah." (Wahyu 14:18b-19).

Lantas seperti apa seharusnya buah yang dihasilkan? Jika buah-buah yang enak dalam ilustrasi awal di atas bisa berharga sangat tinggi, kita orang-orang percaya mempunyai buah yang jauh lebih berharga lagi. Dan itu tercatat dalam surat Galatia, yang disebut dengan buah Roh. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Lihatlah buah-buah yang seharusnya dihasilkan. Seperti itulah buah yang diinginkan Tuhan untuk dituai atas hasil usahaNya dalam merawat dan mengasihi kita. Setiap buah menggambarkan aspek demi aspek dari citra Kristus, seperti yang bisa kita lihat dalam keempat Injil. Disana tergambar jelas bagaimana Kristus mendemonstrasikan secara langsung segala kebajikan dari masing-masing buah. Dia ingin menghasilkan semua itu dalam diri kita, dan terpancar melalui cara hidup kita, apakah lewat cara kita bertutur kata, bersikap, berpikir, bertingkah laku dan lain sebagainya.Buah Roh merupakan semua nilai kebajikan yang tidak terbantahkan oleh siapapun. Dan itulah yang diinginkan Tuhan untuk berkembang di dalam diri kita.

Ingatlah apa kata Yesus berikut ini: "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. inggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:1-4). Tinggal di dalam Yesus akan membuat kita bisa berbuah. Tapi jangan lupakan bahwa soal berbuah atau tidak pun tergantung dari keputusan kita pula.

Buah yang ranum, lezat dan langka berharga tinggi di pasaran, tetapi karakter yang serupa dengan Kristus dengan segala buah-buah Roh jauh lebih tinggi harganya. Tinggal di dalamNya akan memampukan kita untuk berbuah. Jika saat ini kita masih belum berbuah, ini saatnya bagi kita untuk memperbaiki segala sesuatu sebelum terlambat. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).  Sesungguhnya dari buahnya lah sebuah pohon itu dikenal. "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya. Jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Buah Roh akan memenuhi setiap aspek hidup kita dengan penuh sukacita, dan itu bisa memberkati orang-orang di sekitar kita. Siapkah kita menjadi buah yang ranum, lezat dan bernilai tinggi baik di mata sesama maupun dalam pandangan Tuhan?

Berbuahlah di dalam Kristus dan jadilah berkat buat sesama

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, December 10, 2011

Buah Masam

Ayat bacaan: Yesaya 5:4
=======================
"Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?"

buah masamSeringkah anda tertipu dalam membeli buah? Saya termasuk orang yang sulit membedakan mana buah yang isinya baik dan mana yang tidak. Kemarin saya membeli jeruk sekilo dan rasanya kesal ketika keseluruhan jeruk itu rasanya sangat masam dan kecut sehingga tidak bisa dimakan. Dari penampakan kasat mata jeruk itu semuanya terlihat berkulit yang mulus tanpa cacat. Begitu pula ketika anda membuka kulit luarnya dan melihat dagingnya. Anda baru mengetahui bagaimana kualitas jeruk yang anda beli setelah anda memakannya. Kalau cuma satu dua buah mungkin tidak apa-apa, tapi bagaimana jika sebagian besar, atau bahkan seluruhnya tidak bisa dinikmati? Yang lebih parah lagi, bagaimana jika bukan hanya masam, tapi juga busuk di dalamnya?  Ada banyak orang yang tertipu fisik luar buah yang terlihat mulus tak bercacat, namun ternyata tidak bisa dinikmati sama sekali.

Ayat yang diambil sebagai ayat bacaan hari ini berbicara tentang anggur yang asam. Dalam banyak ayat-ayat di Alkitab, pokok anggur kerap menggambarkan sesuatu yang baik. Tetapi ayat bacaan hari ini justru menggambarkan sisi sebaliknya. Dalam Yesaya 5:1-7 yang berjudul Nyanyian tentang kebun anggur "Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga ditengah - tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik.." (ay 2). Dikisahkan tentang sebuah kebun anggur yang ternyata menghasilkan anggur-anggur yang asam. Sang pemilik kebun dengan rajin mengurus kebun dan tentunya berharap usahanya akan menghasilkan pohon berbuah lebat dengan kualitas tinggi. Namun apa yang dihasilkan? Lanjutan ayat 2 di atas berbunyi: "...tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." Bagian ini menggambarkan kiasan mengenai Tuhan si pemilik kebun, dan anak-anakNya yang digambarkan sebagai pohon-pohon anggur. Secara lebih spesifik, ayat-ayat ini berbicara tentang pertobatan yang menghasilkan buah. Ketika kita bertobat menerima Yesus, seharusnya kita menjadi sebuah ciptaan baru yang terus tumbuh dan berbuah subur, lebat dengan kualitas yang baik. Namun dalam perjalanannya, ada banyak dari kita yang ternyata kembali pada dosa-dosa atau kebiasaan lama yang buruk, atau malah berbuat dosa-dosa baru lagi. Seringkali orang sibuk mematut diri agar terlihat indah dari luar, tetapi kita tidak memperhatikan kondisi hatinya. Ada yang dari luar tampak baik, namun ternyata hatinya jahat. Dari luar terlihat alim, tetapi kondisi di dalamnya sifatnya compang camping. Setelah bertobat dan menerima Kristus bukannya berbuat kasih, namun malah bikin ulah, menipu, jahat dan sebagainya. Ketika anak-anak Tuhan bertingkah laku seperti ini, mereka bukannya menjadi berkat tetapi sebaliknya menjadi batu sandungan dimana-mana. Seperti itulah buah-buah anggur asam itu. Lihatlah betapa ironisnya, ketika "Sang Pemilik Kebun" begitu setia dan rajin memelihara "kebun"Nya dengan penuh kasih dan perhatian, tapi ternyata bukan buah yang baik yang dihasilkan pohon-pohon tersebut, melainkan buah yang asam. Maka bisa dimaklumi jika "Pemilik kebun" pun kecewa. "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (ay 4). Tidakkah anda akan merasakan hal yang sama apabila anda sudah berusaha merawat dan memupuk sebuah pohon namun hasilnya justru buruk? Sia-sia semua usaha yang kita lakukan. Dan itu pasti terasa menyedihkan dan mengesalkan. Jika buah-buahnya buruk saja kita sudah kecewa, apalagi kalau pohon itu tidak kunjung berbuah. Apa yang kemudian terjadi bagi pohon-pohon dengan buah-buah asam ini? Kita baca ayat selanjutnya: "Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya." (ay 5-6).  Konsekuensi yang dihadapi oleh pohon-pohon berbuah anggur yang asam sungguh tidak main-main. Dalam injil Matius, pokok-pokok yang tidak menghasilkan buah yang baik dikatakan akan "ditebang adan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10). Dalam Wahyu kita kembali mendapati konsekuensi yang harus dihadapi oleh "buah-buah anggur asam" ini. "...Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak." Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah." (Wahyu 14:18b-19).

Kemarahan Allah ini tentu saja sangat wajar. Bagaimana tidak, Dia sudah memberi segala yang terbaik untuk kita, bahkan Dia rela mengorbankan AnakNya yang tunggal demi keselamatan kita. Tapi kita tetap saja lebih memilih untuk mengikuti kesenangan dunia. Dia sudah menunjukkan segala jalanNya lewat Alkitab, tapi kita tidak mau membacanya. Tuhan sudah menganugerahkan Roh Kudus untuk membimbing kita, tapi kita terus saja mengotori diri kita sehingga Roh Kudus tidak suka berada di dalamnya. Jika kita bersikap demikian, tidaklah mengherankan apabila kita menjadi buah-buah yang masam, dan akibatnya kita harus siap menanggung murka Allah. Konsekuensi menjadi pohon anggur dengan buah yang asam sangatlah serius, kalau tidak bisa dibilang mengerikan. Maka ketika kita sudah bertobat, langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa kita mampu menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. (Matius 3:8). Tuhan mengharapkan hidup anda untuk menghasilkan buah-buah yang manis, yang enak dinikmati. Artinya, kita harus mampu menjadi berkat bagi orang lain. Sebuah buah yang manis dan enak tentu dirindukan oleh semua orang. Kita harus hidup berbuah, jangan sampai berakhir sebagai pohon yang tidak menghasilkan buah sama sekali. Dan yang lebih penting lagi, kita perlu menghasilkan buah yang baik, manis, segar dan bermanfaat bagi orang lain. Sebuah keberhasilan menjadi anak-anak Allah yang mendapat hak waris di Kerajaan Surga bukanlah dilihat dari penampilan luar semata, namun yang ditentukan dari seberapa baik buah-buah baik yang anda hasilkan.

Jangan menghasilkan anggur asam, jadilah pohon anggur yang menghasilkan buah subur, manis dan bermanfaat bagi orang lain

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, December 9, 2011

Penghalang Mata

Ayat bacaan: Lukas 24:16
=====================
"Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia."

penghalang mataJarak pandang kita bisa menjadi berkurang apabila kabut tebal turun menutupi pandangan kita. Ketika terjadi kebakaran hutan misalnya, atau ada letusan gunung yang menimbulkan turunnya abu vulkanik menyelimuti kota-kota di dekatnya, maka jarak pandang kita pun bisa menjadi terganggu. Di saat seperti itu, tak peduli setajam apapun mata kita dalam melihat, mata akan tetap sulit untuk melihat dengan baik. Atau coba tutup mata anda dengan tangan, maka anda tidak lagi bisa melihat apa-apa meski secara fisik mata anda berfungsi dengan baik. Pernahkah anda kaget ketika disapa teman ketika anda sedang melamun? Pikiran yang tengah menerawang bisa pula menghalangi pandangan mata kita. Segala ketakutan dan kekuatiran pun bisa membuat kita tidak lagi bisa melihat janji-janji Tuhan yang berisi penuh dengan hal-hal yang meneguhkan baik dalam hidup di dunia maupun jaminan akan keselamatan.

Masih mengenai kebutaan, hari ini mari kita lihat apa yang terjadi pada pada murid-murid Yesus setelah Yesus disalibkan. Yesus baru saja meninggalkan mereka selama tiga hari. Tiga hari itu waktu yang sangat singkat. Rasanya tidaklah mungkin kita tidak mengenal sosok yang sudah sekian lama bersama-sama dengan kita jika tidak bertemu hanya dalam selang waktu seperti itu. Tapi itulah yang terjadi pada murid-murid Yesus. Pada suatu hari, dua dari murid Yesus sedang berjalan menuju sebuah kampung yang letaknya kira-kira 11 kilometer dari Yerusalem. Mereka sibuk membicarakan dan membahas apa yang terjadi. Saya yakin pada saat itu mereka sedang bingung, kalut, ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa setelah mendengar berita simpang siur mengenai hilangnya mayat Yesus dari kubur. Mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Apakah jasad Yesus diculik, atau bangkit seperti kesaksian beberapa perempuan yang bertemu dengan malaikat penyampai kabar itu. Mereka mungkin kehilangan harapan, kecewa dan sedih, bahkan kemungkinan besar tengah dicekam rasa takut. Apa yang terjadi pada saat itu tercatat dalam Alkitab."Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka." (Lukas 24:15). Yesus ternyata muncul di dekat mereka, bahkan berjalan bersama dengan mereka. Seharusnya mereka tersentak kaget, bersorak dan menyambut Yesus dengan sangat gembira. Tapi ternyata bukan itu yang terjadi. Mereka ternyata tidak mengenal Yesus. Mengapa bisa demikian? Alkitab menyebutkan alasannya. "Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia." (ay 16). Ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, karena itulah mereka tidak mengenal Yesus. Ada awan tebal yang menutupi pandangan mereka sehingga mereka tidak bisa melihat Terang. Ada yang menghalangi pandangan mereka sehingga mereka seolah buta meski mata mereka berfungsi normal. Mereka belum juga sadar bahkan ketika Yesus sudah menegur mereka dan menjelaskan nubuatan-nubuatan yang tertulis tentang Dia dalam kitab nabi-nabi. (ay 25-27). Sampai disitu mereka masih belum mengenal Yesus. Baru ketika mereka tiba di kampung dan Yesus mengambil roti dan memecah-mecahkan sambil mengucap berkatlah mereka menyadari bahwa orang yang berjalan bersama mereka sejak tadi ternyata Yesus. Bayangkan dalam perjalanan 11 kilometer panjangnya mereka tidak kunjung menyadari bahwa Yesus yang mereka perbincangkan ternyata ada ditengah-tengah mereka. Keraguan, kebingungan, kekecewaan, kesedihan, atau ketakutan membuat mereka tidak mengenali Yesus, meski Yesus berada tepat bersama mereka. Ketika Yesus duduk makan dengan mereka dan memecah-mecahkan roti, mereka pun tersadar bahwa orang yang tidak mereka kenal itu ternyata Yesus (ay 30). Ketika itulah mereka baru sadar bahwa sebenarnya ketika orang itu menerangkan kitab suci sepanjang perjalanan, mereka merasakan bahwa sebenarnya hati mereka berkobar-kobar, dan seharusnya mereka bisa mengenali Yesus pada saat itu juga (ay 32).

Demikian pula halnya dengan kita. Berbagai permasalahan hidup, beban, tekanan atau pergumulan yang kita alami bisa membuat kita tidak mendengar atau mengenal Tuhan lagi. Kita lupa akan Tuhan, atau mulai meragukan eksistensiNya di tengah-tengah kita. Atau mungkin kita akan mengira bahwa Tuhan tidak lagi ada bersama kita, melupakan dan membiarkan kita di tengah-tengah tekanan. Ketika jalan yang kita lalui penuh liku, kita tidak lagi percaya bahwa di ujungnya Tuhan telah menyediakan segala kebaikan dan segera menyerah. Kita meragukan Tuhan, menganggapNya hanya memberi janji palsu. Dan kitapun terjebak pada berbagai alternatif yang justru membinasakan. Padahal bukan Tuhan yang salah, justru fokus kita terhadap beban penderitaan yang terlalu besarlah yang menutupi pandangan kita sehingga kita tidak lagi mengenal Dia. Bahkan setelah mendengar firman Tuhan sekalipun, orang-orang yang fokus sepenuhnya hanya kepada permasalahan dan beban berat tidak lagi bisa merasakan apapun, sebab awan tebal itu telah terlanjur menutupi hati mereka.

Tuhan menyatakan kepada Yosua: "Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Yosua 1:5). Ini dikatakan Tuhan kepada Yosua yang diberikan tugas yang sangat berat, yang pasti akan meletakkan Yosua duduk di kursi panas, pada situasi yang begitu sulit karena harus melanjutkan pekerjaan besar untuk menuntun bangsa Israel yang keras kepala dan tegar tengkuk memasuki tanah yang dijanjikan. Pergumulan di hadapi Yosua, tekanan dan beban ada bersamanya, tapi disamping itu janji Tuhan yang meneguhkan dan menguatkan pun ada bersamanya. Tuhan ada besertanya dan tidak akan meninggalkan dirinya menghadapi itu sendirian. Janji yang sama berlaku pula bagi kita, karena Tuhan tidak pernah senang melihat anak-anakNya menderita. Apa yang Dia berikan adalah rancangan yang terbaik. Nothing but the best. Tapi tebalnya awan kelabu yang timbul dari ketakutan, kegelisahan, kesedihan, kebingungan atau kekecewaan kita akan membuat semua itu tidak lagi terlihat. Ketika awan kelabu begitu tebal, terang matahari pun tidak lagi terlihat jelas. Bahkan bisa hilang sama sekali dari pandangan kita. Ketika mata kita tertutup oleh berbagai kekuatiran, ketakutan dan ketidakpastian, maka kita pun tidak lagi melihat Terang.

Yesus tahu pergumulan kita, Dia tahu beratnya hidup kita. Dia sudah mengambil rupa hamba seperti kita dan mengalami penderitaan secara langsung untuk membebaskan kita dari kebinasaan, sesuai kehendak BapaNya. Tidak hanya tahu, tapi Yesus juga peduli, malah sangat-sangat peduli. Lihat apa kata Yesus : "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Itu bentuk kepedulian yang besar karena Dia tahu betul bagaimana beratnya pergumulan-pergumulan yang harus kita hadapi dalam hidup kita. Apa yang harus kita lakukan adalah tetap berpegang teguh kepada janji setia Allah, percaya sepenuhnya kepadaNya dan menjaga diri kita untuk tetap hidup kudus dan taat tanpa kehilangan pengharapan sedikitpun. Kita harus memperhatikan betul agar jangan ada awan gelap terbentuk yang bisa membuat kita tidak lagi bisa melihat dan mengenalNya. Tak kenal maka tak sayang. Disamping itu, hiduplah dengan benar, karena tumpukan dosapun bisa membuat kita hubungan kita dengan Tuhan menjadi terputus. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Agar bisa tetap melihat dan mengenal Tuhan kita harus memiliki pandangan yang bersih dari segala hambatan yang menutupi pandangan kita. Singkirkan semua awan kelabu, dan miliki pandangan jernih kepada Tuhan.

Ketakutan, keraguan dan kekecewaan dalam pergumulan menghalangi pandangan kita kepada Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho