Sunday, July 31, 2011

Say Goodbye



To view the retired list click here

I would suggest to order asap to save disappointment

Kesegaran Bagi Jiwa

Ayat bacaan: Mazmur 19:8
==================
"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman."

kesegaran bagi jiwaSetelah lelah bekerja sepanjang hari dan panas-panasan di tengah kemacetan luar biasa di jalan raya dalam perjalanan pulang, tidakkah anda merindukan sesuatu yang menyegarkan untuk dinikmati begitu anda tiba di rumah? Bentuk dari kata "segar" ini bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang langsung membayangkan segelas teh dingin, sirup, sejuknya air mengenai muka atau seluruh tubuh dengan mandi, berbaring di ruangan ber-AC atau sekedar duduk di sofa yang empuk. Ada yang menganggap bermain dengan anak-anak sepulang kerja merupakan sesuatu yang terasa sangat menyegarkan dan bisa memulihkan keletihan dengan cepat, menonton televisi dan sebagainya. Atau bahkan memilih beberapa dari yang saya sebutkan itu sekaligus atau dalam urutan tertentu. Yang pasti, di saat kita lelah sesuatu yang menyegarkan itu akan terasa sangat indah. Bahkan ketika itu masih kita pikirkan saja kita bisa tersenyum sendiri membayangkannya. We need a refreshment, we need to be restored. Semua orang butuh itu.

Tidak hanya tubuh, tapi kondisi spiritual pun sama. Setiap hari ketahanan spiritual atau rohani kita terus berhadapan dengan berbagai kondisi yang melelahkan. Berperang baik melawan berbagai keinginan daging dari diri sendiri maupun berbagai godaan iblis yang terus berusaha untuk menjatuhkan kita, menghadapi tawaran-tawaran yang sekilas terlihat menjanjikan namun di balik itu tersimpan banyak penyesatan dan sebagainya. Kondisi ini kita hadapi setiap hari, dan jika tidak dijaga, keadaan rohani kita pun bisa kehabisan energi, mengering, drained out. Betapa berbahayanya jika kita membiarkan jiwa kita mengalami kekeringan. Tidak lagi punya daya tahan kuat untuk menghadapi berbagai tantangan yang bisa melemahkan bahkan menghancurkan kondisi spiritual kita. Seperti halnya tubuh kita yang lelah butuh sesuatu yang menyegarkan, secara rohani kita pun butuh hal yang sama agar tidak keburu kering dan terkapar lemas. Just like our body, our spirit needs to be restored and refreshed as well.

Kesegaran secara jasmani bisa kita peroleh dari berbagai hal yang saya sebutkan dalam paragraf pembuka renungan hari ini. Tidakkah semua itu rasanya menyegarkan? Tetapi kesegaran rohani tidak bisa kita peroleh lewat semua itu. Kesegaran rohani kita akan sangat tergantung dari asupan Firman Tuhan. Firman Tuhan akan selalu menguatkan, meneguhkan, memberi kelegaan dan menyegarkan. Dan jiwa kita, seperti halnya tubuh kita butuh penyegaran setiap saat. Dan itu tertulis jelas dalam kitab Mazmur. "Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman." (Mazmur 19:8). Firman Tuhan mampu menjawab kebutuhan akan kesegaran jiwa. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "The law of the Lord is perfect, restoring the whole person."

Restoring. Memulihkan. Bayangkan jika anda penggemar game dan tokoh yang anda mainkan tengah berada dalam keadaan sekarat akibat terus digempur musuh. Tidakkah anda akan senang sekali jika bertemu dengan item-item yang bisa kembali merestorasi atau mengembalikan "health-bar" dari tokoh anda itu kepada kondisi sempurna? Seperti itu pula Firman Tuhan mampu merestorasi atau mengembalikan kesegaran dari jiwa dan roh kita yang sudah lelah akibat terus digempur berbagai hal negatif setiap harinya. Hidup di dunia yang sulit ini akan membuat stamina rohani kita dengan cepat terkuras. Karenanya kita sangat membutuhkan "a splash of fresh cold water", percikan air yang akan mengembalikan kesegaran jiwa kita. Dalam Yesaya kita bisa melihat janji Tuhan yang begitu indah buat kita: "Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu. Mereka akan tumbuh seperti rumput di tengah-tengah air, seperti pohon-pohon gandarusa di tepi sungai." (Yesaya 44:3-4). Pengenalan yang kontinu, terus menerus akan Tuhan pun akan memberikan kita kesegaran seperti ini seperti yang tertulis dalam Hosea. "Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." (Hosea 6:3) Betapa menyegarkannya hujan yang turun di saat kemarau, dan itulah janji Tuhan untuk kita yang mau bersungguh-sungguh mau mengenalNya.

Sungguh sangat penting bagi kita untuk terus membekali dan menjaga kesegaran jiwa kita dengan firman Tuhan. Daud tahu bagaimana bahagianya jika ia tetap berada dekat dengan firman Tuhan yang penuh dengan kuasa. Bacalah Mazmur 119 dimana Daud mendeskripsikan dengan panjang lebar dan lengkap mengenai bahagianya orang yang hidup menurut Taurat Tuhan. Semua itu tentu terasa sangat menyegarkan bagi jiwa. Berkali-kali pula Daud memberikan testimoni dari pengalamannya hidup dekat dengan firman Tuhan. Salah satunya berbunyi seperti ini: "Aku mendapatkan kebahagiaan dalam mentaati perintah-perintah-Mu." (Mazmur 119:55). Dalam bahasa Inggris (amplified)nya kita bisa menemukan kalimat yang lebih detail: "This I have had [as the gift of Your grace and as my reward]: that I have kept Your precepts [hearing, receiving, loving, and obeying them]." Jangan biarkan jiwa kita mengalami kekeringan. Tetaplah dekat dengan firman Tuhan agar jiwa kita tetap segar dengan daya tahan yang kuat sehingga kita bisa menghadapi segala tantangan dan kesulitan setiap hari dengan teguh.

Segarkan jiwa dengan Firman Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, July 30, 2011

Bedtime Story

Ayat bacaan: Ulangan 11:19
====================
"Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun"

bedtime storyJika kita menonton film dari luar maka kita sering melihat anak-anak mereka dibacakan bedtime story alias dongeng sebelum tidur. Anak-anak itu akan mendengarkan kisah-kisah yang dibacakan oleh ibu atau ayah mereka hingga terlelap. Kebiasaan ini mungkin sudah semakin jarang dilakukan oleh para orang tua di negara kita seiring dengan kesibukan yang terus menyita waktu. Sebagian lain beranggapan bahwa dongeng sebelum tidur itu buang-buang waktu dan tidak bermanfaat apa-apa bagi anak mereka, selain menyusahkan diri mereka saja yang sudah lelah bekerja sepanjang hari. Saya termasuk satu dari sekian anak yang beruntung sempat merasakan indahnya mendengar berbagai kisah menjelang tidur baik dari ibu maupun nenek saya. Sampai hari ini ketika usia saya sudah dewasa saya masih mengingat betul bagaimana rasanya mendengar cerita demi cerita hampir setiap malam. Sebagian besar cerita itu bahkan masih saya ingat betul hingga hari ini.

Benarkah membacakan dongeng sebelum tidur itu tidak berguna? Berkaca dari pengalaman saya, saya berani menjawab tidak. Waktu di malam hari sebelum tidur sesungguhnya merupakan waktu yang paling tepat untuk membangun hubungan yang dekat dan intim dengan anak-anak kita. Di siang hari mereka sibuk bermain dan kita sibuk bekerja, maka menjelang tidur merupakan waktu yang sangat indah untuk dipakai terhubung sangat dekat dengan anak-anak kita. Di saat seperti itu kita bisa mengajarkan banyak kebijaksanaan kepada mereka lewat dongeng-dongeng yang akan melekat dalam hidup mereka hingga waktu yang sangat lama. Itu akan sangat berguna sebagai bekal bagi mereka. Alangkah indahnya apabila momen-momen seperti itu dipakai untuk mengenalkan mereka kepada Firman Tuhan, menceritakan kisah-kisah tokoh Alkitab yang mudah mereka cerna, menjelaskan pesan-pesan moral yang terkandung didalamnya dengan bahasa yang sederhana sehingga mereka sejak kecil sudah mulai mengenal Tuhan dan segala kebaikanNya. Ini akan menjadi bekal yang sangat berguna bagi mereka untuk menjalani kehidupan yang akan semakin berat kedepannya.

Alkitab pun menganjurkan kita, para orang tua untuk mengenalkan pribadi Tuhan sedini mungkin. Dalam kitab Ulangan dikatakan: "Kamu tahu sekarang--kukatakan bukan kepada anak-anakmu, yang tidak mengenal dan tidak melihat hajaran TUHAN, Allahmu--kebesaran-Nya, tangan-Nya yang kuat dan lengan-Nya yang teracung...Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 11:2,19). Mengacu kepada ayat ini kita bisa melihat bahwa apa yang kita ketahui mengenai Tuhan, bagaimana karya-karyaNya dalam hidup kita, kuasaNya yang menaungi kita, segala sesuatu yang telah Dia lakukan kepada umatNya tidaklah boleh berhenti hanya sampai pada diri kita saja, melainkan harus kita teruskan kepada anak-anak kita, generasi-generasi selanjutnya yang akan tumbuh menjadi dewasa di masa depan. Dan salah satu cara yang sangat baik adalah dengan menceritakan kisah-kisah dalam Alkitab kepada mereka sejak dini secara terus menerus atau berulang-ulang. Alkitab mengandung kebenaran kekal tentu dapat membentuk karakter mereka agar bisa bertumbuh dengan pengenalan yang baik akan Tuhan.

Dalam Mazmur dikatakan "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang." (Mazmur 127:4-5). Ini adalah sebuah perumpamaan yang sangat baik. Kita harus mampu mengarahkan anak-anak kita, seperti halnya kita mengarahkan anak-anak panah untuk menuju kepada sasaran yang tepat, tidak melenceng ke kiri dan ke kanan. Jika kita mampu melakukan hal itu, maka pada suatu saat nanti kita akan puas dan bangga melihat bagaimana anak-anak yang telah kita persiapkan sejak awal dengan firman Tuhan ini tumbuh menjadi sosok-sosok yang sanggup menjadi teladan yang menginspirasi banyak orang. Semua tergantung dari kemauan dan kepedulian kita, apakah kita mau meluangkan waktu untuk anak-anak kita atau membiarkan mereka terserak tanpa arah. Ada begitu banyak kisah di dalam Alkitab yang akan sanggup membekali mereka dengan baik dan mengenalkan pribadi Yesus sejak dini yang siap dipakai untuk itu.

Kembali kepada kitab Ulangan 11 di atas, selanjutnya dikatakan: "engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (ay 20). Tidak saja kita harus membekali mereka secara berulang-ulang akan kebenaran Firman Tuhan sejak dini, termasuk di dalamnya pada saat mereka menjelang tidur, tetapi kita pun dituntut untuk menjadi contoh hidup dari segala sesuatu yang kita ajarkan. Anak akan cenderung meniru sikap dan perilaku orang tuanya, karena itu kita tidak boleh berhenti hanya sampai mengajarkan berulang-ulang, tetapi juga menjadi contoh langsung dari semua itu. Alangkah tidak adilnya apabila kita menghukum mereka atas kesalahan yang dilakukan sementara kita bisa melakukan semua itu di depan mereka bukan?

Evaluasi-evaluasi dan membangun nilai-nilai kehidupan bagi anak-anak kita pada jam-jam menjelang tidur akan sangat efektif untuk dilakukan. Dan cara lewat membacakan kisah-kisah Alkitab yang mengandung kebenaran Firman Tuhan ini merupakan cara yang disukai oleh anak-anak. Hikmat kebijaksanaan dan kebenaran Firman akan bisa meresap di hati mereka dan tinggal untuk waktu yang lama disana. Paulus menyampaikan dalam surat Korintus: "Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba." (1 Korintus 10:11). Segala kisah yang terkandung di dalam Alkitab bisa menjadi contoh yang baik untuk mengajarkan anak-anak atau adik-adik kita sejak kecil untuk mengetahui mana yang benar dan salah, termasuk pula menyadari konsekuensi-konsekuensi dari setiap tindakan. Baik dari tokoh yang berhasil dan gagal, kisah-kisah yang dialami secara nyata oleh para tokoh Alkitab akan mampu memberikan pelajaran berharga yang pastinya sangat berguna sebagai bekal bagi kehidupan mereka di masa depan. Di waktu santai seperti itu pula anda akan mendapatkan waktu yang paling indah dan strategis untuk membangun hubungan yang dekat dengan anak-anak anda. Masa depan mereka ada pada kita, dan sangat tergantung dari apa yang kita ajarkan atau contohkan. Bagi teman-teman yang mempunyai anak-anak kecil, manfaatkanlah waktu-waktu di malam hari sekarang juga untuk menanamkan kebenaran Firman Tuhan kepada mereka. Jangan tunda lagi karena pada suatu ketika mereka sudah bertumbuh besar dan semua itu bisa jadi sudah terlambat.

Bagaimana kita mengarahkan anak-anak kita sejak kecil akan sangat menentukan masa depan mereka

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, July 29, 2011

Breast cancer night

Mel , Amanda

I had to get a bigger box as the basket i used was over flowing with raffle tickets

Bernie , Lisa , Pauline


Shannon

Pauline , Alicia , Bernie , Shannon

Pauline , Mel , Amanda ,Bernie , Lisa , Kaitlyn

My new box with raffle tickets

The raffles & samples table

Matius

Ayat bacaan: Matius 9:9
======================
"Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia."

Bagaimana kita menanggapi orang yang bagi dunia sudah dianggap terhilang? Ada banyak orang yang seperti itu. Bagi dunia mereka hanya dianggap sampah masyarakat, orang dari kelompok yang berlumur dosa, orang-orang yang tidak mendapat tempat dalam masyarakat, bahkan seringkali mereka ini dihujat, dihina atau dipukuli seenaknya oleh sekelompok orang yang menganggap dirinya paling suci dan bersih di muka bumi ini. Di gereja kita pun tidak menutup kemungkinan ada orang-orang yang mungkin kita ketahui belum lurus-lurus benar hidupnya. Mereka masih banyak melakukan kesalahan yang nyata terlihat di mata orang banyak. Bagaimana kita menghadapi mereka? Apakah bergunjing, bersikap sinis, membuang muka atau mengelak dan membiarkan mereka sendirian, atau kita mengulurkan tangan persaudaraan dan berusaha membantu mereka untuk bisa mengenal Kristus dan meneladaniNya dalam kehidupan mereka secara benar? Ada banyak orang yang memilih alternatif pertama, yaitu bersikap memusuhi. Ada banyak gereja bukan lagi tempat bersahabat untuk menjangkau jiwa terhilang, tetapi sudah menjadi sebuah komunitas dimana isinya orang-orang yang merasa paling benar dan punya hak untuk menghakimi.Jika Yesus yang bertahta di dalam gereja itu masih ada di dunia dan sedang duduk disana, akankah Yesus bersikap memusuhi? Pasti tidak. Saya yakin 100% Yesus akan menghampiri, menyambut dan memeluk mereka mengajak untuk bertobat.

Dalam banyak kesempatan di dalam Alkitab kita bisa menemukan fakta bagaimana Yesus memperlakukan orang-orang berdosa ini. Tuhan membenci dosa, tetapi Dia tidak membenci orang berdosa. Bahkan di antara murid-muridNya ada satu yang berasal dari kelompok hina di mata masyarakat, dari kelompok pemungut cukai yang namanya sangat terkenal, yaitu Matius

Matius awalnya bukanlah orang yang baik di mata masyarakat. Profesinya adalah sebagai pemungut cukai. Artinya ia bekerja untuk kepentingan Roma, bangsa penjajah. Pemungut cukai digolongkan ke dalam orang berdosa pada masa itu dan dikucilkan masyarakat karena dianggap musuh. Pada suatu hari Yesus bertemu dengan Matius."Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia." (Matius 9:9). Yesus tidak melewatkan Matius begitu saja. Dia orang berdosa, ia adalah musuh orang Yahudi. Tapi lihatlah bahwa Yesus tidak melewatinya apalagi memusuhi tapi malah menghampiri Matius dan mengajaknya ikut. Lalu kita tahu bahwa Matius memilih untuk berdiri dan mengikut Yesus. Sebuah pilihan yang sangat tepat. Yesus berkunjung dan makan di rumah Matius. Lihatlah saat itu ternyata kedatangan Yesus berkunjung ke rumah Matius terdengar oleh pemungut cukai dan orang-orang berdosa di mata masyarakat lainnya. Mereka pun berbondong-bondong datang. Mumpung Yesus berada di rumah salah seorang dari mereka, mungkin itu yang mereka pikirkan. Dari satu kemudian berkembang menjadi banyak. Orang Farisi pun kaget melihat itu dan segera bertanya kepada para murid, "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" (ay 11). Yesus ternyata mendengar itu dan kemudian berkata: "Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (ay 12-13). Jawaban ini sesungguhnya jelas menggambarkan seperti apa hati Yesus itu. Yesus menyatakan bahwa tugasNya ke dunia ini adalah untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Meski hanya satu jiwa saja, itupun berharga bagiNya. Kita tahu apa yang terjadi kemudian. Matius bertobat dan menjadi murid Yesus. Tidak hanya murid biasa, tapi ia pun termasuk dalam satu dari empat penulis Injil yang bisa kita baca hingga hari ini. Itu semua bermula ketika Yesus tidak memandang jumlah dan mau repot-repot mengurusi orang berdosa, bahkan satu orang saja sekalipun.

Satu orang, sepuluh, seratus, seribu, itu tidaklah masalah di mata Tuhan. Semakin banyak semakin baik, tetapi satu pun tetap penting di mata Tuhan untuk diselamatkan. Yesus sendiri berkata: "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?" (Lukas 15:4). Satu jiwa sekalipun itu berharga di mata Tuhan, dan Dia tidak menimbang-nimbang sebesar apa dosa yang pernah kita lakukan. Datang kepadaNya mengikuti panggilanNya dengan hati yang sungguh-sungguh akan selalu Dia sambut dengan penuh sukacita.

Tuhan tidak pernah membenci orang berdosa. Dia bahkan mau bersikap proaktif untuk mendatangi dan menjangkau orang per orang. Bukankah Yesus pun datang untuk menyelamatkan domba-domba yang hilang? Selalu terbuka kesempatan bagi siapapun untuk bertobat, kembali kepadaNya dan dilayakkan untuk masuk ke dalam kehidupan kekal yang penuh dengan sukacita. Jika Tuhan seperti itu, mengapa kita sebagai manusia malah tega menghakimi dan menganggap diri kita berhak untuk itu? Mari teladani Yesus lewat sikap, tindakan dan perbuatan kita. Jangkaulah jiwa-jiwa terhilang, jangan musuhi dan abaikan mereka, karena Yesus pun akan berbuat tepat seperti itu.

Yesus mengasihi manusia tanpa memandang berat ringannya dosa dan menawarkan keselamatan kepada semuanya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, July 28, 2011

Strength & hope set of cards 1 of 5

These are some of the sample i will be showing tonight at my breast cancer fundraising night so they can use there stamp set in different colours .

DSP - Ink pad pink pirouette , Card stock - Ink pad Chocolate chip , pearls
Taffeta Ribbon - Ink pad Baja breeze , well scripted stamp set , vintage wall paper embossing folder

Zakheus di antara Yesus dan Ahli Taurat

Ayat bacaan: Lukas 19:7
====================
"Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."

ZakheusSemua orang ingin terus lebih baik lagi dari hari ke hari. Terus belajar dan mendalami Firman Tuhan, menjauhi kejahatan, menghindari berbuat dosa dan menjaga kekudusan, terus berubah menjadi semakin baik, itu semua tentu saja sangat baik untuk dilakukan. Jika itu sudah atau sedang anda lakukan hari ini maka anda sedang terus semakin mendekati dan mencerminkan pribadi Kristus. Tetapi berhati-hatilah, karena di balik proses itu apabila kita tidak hati-hati maka kita bisa dengan gampang dirasuk dosa kesombongan. Kita bisa terjerumus ke dalam sebuah perasaan yang menganggap diri kita paling suci, paling bersih, paling benar dan kemudian merasa punya hak untuk menghakimi orang lain. Kita bisa menjadi orang yang merasa diri paling sempurna dan dengan cepatnya menjatuhkan "vonis" kepada orang lain. Jika dibiarkan, maka kita pun akan menjadi komentator-komentator cerewet yang penuh kesinisan dan kenegatifan. Si A berdosa ini, si B dosanya itu, gereja itu sesat, gereja ini tidak benar dan sebagainya. Begitu mudahnya kita memvonis orang, bahkan dengan berani menyatakan siapa yang ke surga atau neraka. Semakin banyak yang kita kritik maka rasanya semakin hebat pula diri kita. Bahkan di kalangan hamba-hamba Tuhan gejala seperti inipun bisa saja terjadi. Ini bukanlah hasil yang diharapkan dari sebuah pertobatan dan usaha menguduskan diri. Alih-alih menjadi garam dan terang dunia, kita malah bisa terperangkap dalam sikap yang cenderung menjauhi mereka yang sebetulnya sedang butuh pertolongan agar tidak binasa. Dan disisi lain itu sama saja seperti kita sedang membinasakan diri sendiri. 

Terjebak dalam sikap merasa diri paling berhak, layak dan benar ini sudah dipertontonkan sejak lama oleh para orang Farisi. Mereka ini adalah tokoh-tokoh pemuka agama yang berhak memutuskan segala sesuatu, haram dan halal pada masa itu. Mereka merasa superior karena mengetahui dan hafal terhadap hukum Taurat dan menganggap diri mereka sebagai representatif Tuhan di muka bumi ini, sehingga merasa punya hak untuk menghakimi orang lain sesuai pendapat atau keinginan mereka. Orang-orang Yahudi pun sama saja, mengikuti sikap yang salah dari para pemimpin agama mereka ini. Sementara di sisi lain, Yesus datang ke muka bumi ini justru untuk menyelamatkan domba-domba yang hilang, atau sebagai tabib yang menyembuhkan orang sakit, seperti apa yang dikatakan Yesus dalam Lukas 5:31, "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." Dan Yesus tidak pandang bulu dalam menyelamatkan orang. Ia bertemu dan bersinggungan dengan begitu banyak orang dengan latar belakang yang berbeda-beda dan masalah berbeda-beda, tetapi semua sama layaknya untuk menerima keselamatan, karena Tuhan mengasihi semua manusia tanpa terkecuali. Dia tetap membuka kesempatan untuk bertobat bagi siapapun tanpa menimbang terlebih dahulu berat ringannya dosa atau pantas tidaknya seseorang untuk diselamatkan. Antara orang Farisi dan Yesus terdapat perbedaan yang sungguh nyata mengenai sikap dalam menghadapi orang berdosa.

Salah satu contoh nyata yang menggambarkan perbandingan kontras mengenai sikap atau cara pandang antara Farisi dan Yesus ini bisa kita lihat dalam kisah perjumpaanNya dengan Zakheus sang pemungut cukai. Sosok Zakheus cukup jelas digambarkan di dalam Alkitab: "Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek." (Lukas 19:2-3). Zakheus yang berbadan pendek ini adalah seorang pemungut cukai yang kaya. Pada masa itu orang Yahudi terutama para ahli Taurat menggolongkan para pemungut cukai ini sebagai orang berdosa. Dicap sampah masyarakat, pendosa, bahkan digolongkan dalam satu kelas bersama orang lalim, penzinah dan perampok (Lukas 18:11). Para pemungut cukai ini biasanya dicemooh dan dipandang hina, bahkan uang mereka tidak diterima sebagai persembahan. Zakheus ada dalam kelompok ini. Tapi sepertinya Zakheus punya kerinduan yang sangat besar untuk dapat bertemu Yesus yang ia idolakan. Sayang badannya pendek, sehingga sulit baginya untuk bisa melewati orang-orang lain yang berpostur lebih tinggi darinya. Tapi ia tidak menyerah, ia pun berusaha sedemikian rupa dengan memanjat pohon ara. (Lukas 19:4). Usahanya berhasil. "Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Yesus melihatnya dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (ay 5). Bisa dibayangkan betapa terkejutnya Zakheus. Tidak saja melihat dan berbicara kepadanya, tapi Yesus bahkan berkenan untuk masuk dan menumpang dirumahnya. Tentu saja hal ini disambut Zakheus dengan sukacita. Tapi lihatlah apa yang dikatakan kerumunan orang Yahudi dan orang-orang Farisi. "Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." (ay 7). Mereka beranggapan bahwa Zakheus itu sangat hina sehingga Yesus seharusnya tidaklah pantas sama sekali untuk mendatangi rumah orang sehina dia. Kontroversial? Jelas. Tapi perhatikanlah bahwa cara pandang mereka ini sesungguhnya menutup pintu dari orang lain yang berkesempatan untuk diselamatkan. Mereka hanya dengan mudah menghakimi dan memberi cap tanpa mau berbuat apa-apa. Apa yang terjadi kemengharukangguh luar biasa. Tuhan Yesus menganugerahkan keselamatan kepada Zakheus sebagai buah pertobatannya. Bukan saja kepada diri Zakheus sendiri, namun seluruh anggota keluarganya pun turut diselamatkan. Yesus pun menutup jawaban terhadap protes kerumunan orang-orang yang merasa lebih benar ini dengan "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (ay 10).

Dari kisah ini, siapa yang ingin kita teladani? Yesus atau para ahli Taurat dan orang-orang Yahudi yang merasa dirinya sudah lebih baik dari orang lain? Adakah hak kita memvonis atau menjatuhkan penghakiman terhadap orang lain dan merasa kita lebih hebat dari mereka? Kalau Yesus saja mengasihi tanpa pandang bulu dan memberi kesempatan yang sama bagi siapapun untuk bertobat tanpa menimbang berat ringannya dosa yang pernah dibuat, siapalah kita yang merasa jauh lebih berhak untuk menilai orang lain dan menentukan kemana mereka nanti bakal ditempatkan. Tanpa sadar manusia sering membanding-bandingkan diri mereka dengan orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain agar diri mereka terlihat hebat. Itu bukanlah cerminan pribadi Kristus. Membuang muka, mencibir, menghina, menjaga jarak juga merupakan bentuk-bentuk penghakiman yang seharusnya bukan menjadi hak kita. Padahal mungkin Tuhan memberi kesempatan kepada mereka untuk berbalik kembali ke jalan yang benar lewat kita. Dengan sikap yang salah, kita pun menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi berkat bagi mereka yang butuh pertolongan.Kita gagal untuk memenangkan jiwa bagi Kerajaan Allah dan dengan demikian gagal untuk melakukan tugas yang telah diamanatkan oleh Yesus sendiri.

Ingatlah bahwa perkara menghakimi adalah mutlak milik Tuhan. "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:1-2). Yesus datang justru untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, dan kepada kita pun telah diberikan amanat agung disertai pesan untuk menjadi terang dan garam di dunia ini. Semua itu tidak akan pernah bisa kita laksanakan apabila kita masih memiliki hati yang angkuh yang merasa berhak menghakimi, menilai, mencap, atau memvonis orang lain sesuka kita. Oleh karena itu, jauhilah perilaku seperti para ahli Taurat dan orang-orang Yahudi yang merasa diri mereka begitu benar sehingga layak untuk menghakimi dan menjauhi orang lain. Seperti Yesus yang tetap mengasihi dan mau mengulurkan tanganNya, kasihilah mereka, karena mereka pun layak beroleh kesempatan untuk selamat!

Jangan menghakimi agar tidak dihakimi

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, July 27, 2011

Berdoa

Ayat bacaan: 1 Tesalonika 5:17
======================
"Tetaplah berdoa."

berdoaSeberapa penting doa bagi kehidupan kita? Roh manusia sepanjang perjalanan peradaban tahu bahwa ada "kekuatan" yang jauh lebih besar dari manusia yang harus disembah. Kita memanjatkan doa dalam nama Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kita, dan kita tahu bahwa ada kuasa yang demikian besar dibalik sebuah doa yang paling sederhana sekalipun, selama doa itu dipanjatkan benar-benar dari hati yang tulus dan iman yang sungguh-sungguh. Kita tahu itu benar, tetapi sejauh mana aplikasinya dalam hidup kita saat ini? Seberapa besar kita mementingkan doa dalam kehidupan kita? Ada banyak orang yang menomor duakan waktu untuk berdoa. Mereka hanya melakukannya disaat tidak terlalu sibuk atau kapan sempat saja. Bekerja itu penting, mengurus keluarga, bersosialisasi dan sebagainya itu penting. Tetapi doa merupakan sesuatu yang sangat penting dan tidak boleh dinomorduakan apalagi diabaikan sama sekali. Doa merupakan salah satu sarana komunikasi kita dengan Tuhan yang seharusnya menempati posisi di urutan teratas. Disaat kita sibuk kita harus berhati-hati agar tidak tergoda untuk berkompromi mengurangi jam-jam khusus untuk bersekutu secara pribadi dengan Tuhan. Orang bisa terjebak untuk lebih mementingkan menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu ketimbang terus memberikan waktu khusus untuk mendengar suara Tuhan.

Kesibukan kita bisa dimanfaatkan iblis untuk melemahkan dan membujuk kita agar semakin jauh dari Tuhan. Berbagai kekhawatiran kita terhadap kebutuhan-kebutuhan duniawi akan selalu menjadi celah yang bisa dipakai iblis untuk berpesta. Segala kekhawatiran dan ketakutan kita pun akan merupakan pintu yang bisa dimanfaatkan iblis jika kita tidak terbiasa menyerahkan segalanya ke dalam tangan Tuhan lewat doa-doa kita. Tuhan Yesus sendiri mengalami itu ketika Dia berpuasa 40 hari dan 40 malam dalam pencobaan di padang gurun. Setelah berpuasa selama itu, Yesus pun mulai merasa lapar. Di saat seperti itu, iblis pun mulai melancarkan serangan untuk mencobai dengan menawarkan segala hal yang mungkin bisa memuaskan kebutuhan-kebutuhan dari sisi manusiawi. "Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (Matius 4:8-9). Tapi Yesus tidak tergoda dengan itu semua dan dengan tegas berseru: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (ay 10).

Dari kejadian ini kita bisa belajar untuk melihat jangan sampai segala kemewahan dan apa yang ditawarkan oleh dunia membuat kita buta secara rohani dan berhenti memikirkan perkara-perkara yang kekal, dimana tidak ada ngengat dan karat atau pencuri yang bisa merusaknya. (Matius 6:19-20). Jangan sampai kita menomorsatukan kebutuhan duniawi dan kemudian menomorduakan, mengabaikan atau bahkan meniadakan kebutuhan rohani kita. Kita bisa melihat dengan jelas bahwa iblis akan selalu berusaha memperdaya kita, tetapi semua itu tidak akan berhasil jika kita tetap memfokuskan diri untuk terus menyembah Tuhan dengan sungguh-sungguh secara teratur. Memilih untuk menomorsatukan hal-hal lain selain Tuhan itu akan sama saja dengan menomorduakan Allah, dan itu bisa membawa kita ke dalam kebinasaan. "Tetapi jika engkau sama sekali melupakan TUHAN, Allahmu, dan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya, aku memperingatkan kepadamu hari ini, bahwa kamu pasti binasa" (Ulangan 8:19).

Ada kuasa yang besar di balik doa. Lihatlah dalam Kisah Para Rasul 16 bagaimana hebatnya kuasa doa dan puji-pujian dalam melepaskan Paulus dan Silas dari situasi sulit. Yakobus berkata: "Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!" (Yakobus 5:13a). Doa akan berperan sangat besar untuk membawa pertolongan Tuhan turun atas diri kita, mengatasi hal yang paling tidak mungkin sekalipun. "Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (ay 15-16). Lebih lanjut ia pun mengingatkan "Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa." (4:2). Doa punya kekuatan yang sangat besar jauh melebihi apa yang kita kira, tetapi ingatlah agar jangan menjadikan doa hanya sebagai sarana untuk meminta saja. Bukan hanya dalam keadaan sulit, tetapi dalam keadaan baik pun hendaknya kita terus berdoa. Doa merupakan sarana kita berkomunikasi dengan Tuhan, dan komunikasi itu seharusnya terbangun dua arah secara interaktif. Artinya, kita pun harus mempergunakan itu untuk mendengar apa kata Tuhan bagi kita dan mengucap syukur, bukan hanya memakainya untuk terus meminta dan berkeluh kesah tanpa mau memberi kesempatan bagi Tuhan untuk menyampaikan sesuatu kepada kita. Dalam surat 1 Tesalonika kita bisa mendapatkan seruan ini: "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Dan alangkah indahnya jika ucapan-ucapan syukur kita sampaikan secara langsung kepada Tuhan lewat doa-doa kita. Betapa pentingnya doa, dan secara padat, singkat, tegas dan jelas dikatakan: "Tetaplah berdoa." (ay 17). Be unceasing in prayer, berdoalah tanpa putus-putusnya.

Dalam Mazmur kita bisa membaca seruan yang sangat penting: "Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!" (Mazmur 95:7).  Mari kita selalu ingat untuk sujud menyembahNya, berlutut di hadapanNya dan memuliakanNya. Hendaklah doa selalu mengisi hari-hari kita. Jangan abaikan saat-saat dimana kita bisa bersekutu secara pribadi dengan Tuhan. MendengarkanNya, mengucap syukur kepadaNya, bercerita tentang hari-hari kita dan meminta penyertaanNya dalam segala yang sedang kita hadapi. Ada kuasa yang sangat besar di balik sebuah doa, bahkan yang paling sederhana sekalipun, selama itu disampaikan dengan hati yang tulus dan lewat iman. Apapun kondisinya, sesibuk apapun anda hari ini, tetaplah berdoa.

Jangan abaikan membangun hubungan dengan Tuhan karena kesibukan menyita waktu

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, July 26, 2011

Acuh tak Acuh

Ayat bacaan: Zefanya 2:1-2
====================
"Bersemangatlah dan berkumpullah, hai bangsa yang acuh tak acuh, sebelum kamu dihalau seperti sekam yang tertiup, sebelum datang ke atasmu murka TUHAN yang bernyala-nyala itu, sebelum datang ke atasmu hari kemurkaan TUHAN."

acuh tak acuhBerhadapan dengan orang yang bersikap acuh tak acuh bisa terasa sangat mengesalkan. Seorang teman saya baru saja bercerita bahwa ia merasa kecewa dengan sikap atasannya yang seperti tidak menghargai jerih payahnya. "Saya sudah bekerja keras memberi hasil yang terbaik tetapi tanggapannya dingin, seperti saya tidak melakukan apa-apa saja." ceritanya. Kita memang tidak boleh gila pujian, tetapi semua orang pada suatu ketika ingin dipuji setidaknya dihargai kerja kerasnya, apalagi jika ia sudah berusaha mati-matian sebelumnya. Ada seorang teman saya yang saat ini tidak pernah mau serius melakukan apa-apa karena pada masa kecilnya ia selalu ditanggapi dingin oleh orang tuanya. Sebuah ketidak acuhan ternyata tidak saja terasa mengesalkan, tetapi juga bisa membawa dampak yang merusak masa generasi selanjutnya.

Sadarkah kita bahwa seringkali perilaku yang sama seperti itu kita tunjukkan kepada Tuhan? Dia sudah begitu baiknya memberikan segala yang kita butuhkan, mengasihi dan melimpahi kita dengan rahmat dan karuniaNya. Dia peduli dan menjawab doa kita, Dia mengeluarkan kita dari kesesakan dan memberikan kita sukacita dengan pertolonganNya. Kita datang kepadaNya di kala susah, meminta dan meminta lagi, tetapi banyak orang yang kemudian bersikap acuh tak acuh setelah mereka mendapatkan pertolongan atau apa yang mereka minta. Mereka segera melupakan Tuhan dan sibuk dengan dunia masing-masing. Mungkin berterima kasih saja lupa, atau kalaupun berterima kasih tapi tidak bertahan lama. Doa menjadi semakin jarang dengan beragam alasan. Apalagi jika diminta untuk terlibat dalam pelayanan, seribu satu alasan pun dikeluarkan untuk berusaha menghindar. Begitu seringnya anak-anak Tuhan terlena dalam kenyamanan dan melupakan Tuhan, namun kembali datang ketika masalah menerpa. Itupun mungkin hanya sebagai alternatif terakhir bila tidak ada lagi kekuatan atau orang yang bisa diandalkan. Sikap seperti ini jelas akan sangat mengecewakan Tuhan, bahkan bisa mendatangkan teguran atau hajaran yang kelak akan kita sesali sendiri.

Bangsa Israel sejak dahulu sudah menunjukkan sikap seperti ini berulang kali. Hati mereka dengan Tuhan begitu cepatnya berubah-ubah. Mereka dengan mudah meratap minta pertolongan, berseru-seru memelas pada Tuhan, namun ketika Tuhan menjawab dengan mukjizatNya, saat itu juga lalu mereka menunjukkan sikap tidak puas dan kembali bersungut-sungut. Pada waktu-waktu tertentu mereka memuliakan Tuhan, namun sesaat kemudian mereka kembali malas, bersikap acuh tak acuh, atau malah menduakan Tuhan dengan menyembah allah-allah lain. Tuhan  Maka melalui Zefanya Tuhan memberi teguran keras. "Bersemangatlah dan berkumpullah, hai bangsa yang acuh tak acuh, sebelum kamu dihalau seperti sekam yang tertiup, sebelum datang ke atasmu murka TUHAN yang bernyala-nyala itu, sebelum datang ke atasmu hari kemurkaan TUHAN." (Zefanya 2:1-2). Ini teguran sangat keras yang dijatuhkan kepada sebuah bangsa yang meski sudah berulangkali mengalami kuasa Tuhan, begitu banyak mukjizat, namun mereka masih juga berperilaku tidak terpuji dalam begitu banyak hal. Mereka beribadah, itu tidak lain hanya seremonial atau rutinitas semata. Untuk masalah ini pun Tuhan pernah menegur tak kalah keras. "Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." (Yesaya 29:13-14). Perhatikan bahwa hal-hal yang ajaib atau keajaiban yang menakjubkan disini tidaklah bermaksud positif, tapi negatif. Dalam Alkitab versi BIS diterjemahkan sebagai "pukulan bertubi-tubi". Sungguh tidak pantas memperlakukan Tuhan yang luar biasa baik dan begitu mengasihi kita dengan sangat setia dengan cara yang acuh tak acuh atau tidak serius sepenuh hati. Teguran yang keras dari Tuhan juga pernah dialamatkan kepada jemaat di Laodikia akan hal ini. "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:16). Sikap acuh tak acuh atau suam-suam kuku seperti ini bisa mendatangkan murka Tuhan, dan itu wajar mengingat betapa baiknya Tuhan kepada ciptaanNya sendiri.

Kita harus tetap memiliki rasa takut akan Tuhan. Bukan takut dalam pengertian negatif, takut seperti bentuk ketakutan seperti takut dihukum, takut dilempar ke neraka dan sebagainya, tapi takut akan Tuhan berbicara mengenai menghormati Tuhan, menghargaiNya, bagaimana kita patuh pada perintahNya, tidak mau mengecewakan Tuhan karena kita mengasihiNya, mengenal pribadiNya dan memuliakanNya. Ini adalah bentuk rasa takut yang sehat, yang akan membawa kita lebih dekat lagi kepadaNya. Takut akan Tuhan tidak saja bisa membawa kita untuk menerima keselamatan yang kekal sifatnya, namun Tuhan juga menjanjikan kita untuk tidak akan berkekurangan, seperti apa yang dikatakan Daud: "Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!" (Mazmur 34:9).

Ada begitu banyak pekerjaan menunggu, dan kita harus berperan dalam pekerjaan itu sesuai dengan talenta atau bakat yang telah disediakan Tuhan kepada kita dimanapun kita hari ini ditempatkan. Yesus mengingatkan kita agar mau bersungguh-sungguh melakukan pekerjaan Tuhan selagi masih ada kesempatan. "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4). Akan datang saat yang disebut "malam", dimana kita tidak lagi bisa bekerja, ketika yang tinggal hanyalah pertanggungjawaban bagaimana kita hidup di dunia ini. Karena itu janganlah acuh tak acuh. Seriuslah dalam menjalani hubungan dengan Tuhan, jadikan Dia sebagai yang utama dalam hidup. Layanilah Tuhan dan pekerjaanNya dengan bersemangat dalam pelayanan, minimal menjadi berkat buat orang lain dimana nama Tuhan dipermuliakan.

Bersikap acuh tak acuh kepada Tuhan berarti tidak menghargaiNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, July 25, 2011

Salomo dan Pujian Ratu Syeba

Ayat bacaan: 1 Raja Raja 10:9
=====================
"Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta kerajaan Israel! Karena TUHAN mengasihi orang Israel untuk selama-lamanya, maka Ia telah mengangkat engkau menjadi raja untuk melakukan keadilan dan kebenaran."

salomo, ratu syebaDi hampir setiap pagelaran musik saya bertemu dengan berbagai orang yang dari atribut dan cara berpakaiannya saja sudah ketahuan mereka mengidolakan siapa. Barusan saya bertemu dengan sekelompok anak muda memakai topi jas terbuka yang dengan jelas menunjukkan mereka adalah fans Jason Mraz. Itu baru satu contoh dari sekian banyak artis-artis lainnya yang akan dengan senang hati ditiru oleh fans yang mengidolakan mereka. Tidak saja gaya berpakaian dan atribut, tetapi orang juga akan meniru gaya rambut, cara berjalan bahkan kesukaan-kesukaan dari idola mereka. Untuk ini mereka tidak akan sayang mengeluarkan dana yang kerap tidak murah. Tidak jarang pula mereka mengikuti perilaku dari idola mereka, sehingga kita bisa sedikit banyak mengenal seperti apa kira-kira sikap sang idola lewat fansnya.

Satu hal yang selalu menjadi perenungan saya hampir setiap hari, apakah hari ini saya sudah melakukan sesuatu yang baik bagi orang lain atau malah menyinggung atau mengecewakan? Saya tidak mau bekerja hanya semata-mata untuk mencari nafkah saja. Saya sadar betul bahwa pekerjaan yang saya lakukan hari ini adalah berasal dari anugerah Tuhan, untuk tujuan yang baik yang berkenan kepadaNya. Saya tidak ingin terfokus mementingkan diri sendiri, untuk memenuhi kebutuhan diri dan menafkahi keluarga, tetapi alangkah indahnya apabila apa yang saya lakukan itu juga bisa memberi dampak positif bagi hidup orang banyak. Itu kerinduan saya, meskipun dalam kenyataannya sebagai manusia biasa saya pun tidak luput dari berbagai kesalahan. Saya sadar bahwa hidup ini dan segala yang telah saya peroleh semuanya berasal dari Tuhan, dan seharusnya dalam setiap yang saya lakukan bisa menyenangkan hati Tuhan Sang Pemberi yang penuh kasih. I want to give Him the credit, all glory to Him. Itulah sebabnya saya sering mengambil waktu untuk merenungkan kembali segala sesuatu yang telah saya lakukan. Yang baik saya tingkatkan, sedang yang jelek harus segera diperbaiki. Mampukah saya menjadi sebuah cerminan Kristus yang baik, atau jangan-jangan saya malah menjadi penghalang bagi banyak orang untuk mengenal seperti apa Yesus itu. Sebagai anak-anak Tuhan kita seharusnya bisa menjadi sumber bagi orang lain untuk mengenalNya secara benar. Tidak sekedar mengenal siapa Tuhan yang kita sembah, tetapi juga memuliakan dan memujiNya. Ini sebuah tanggungjawab yang harus kita lakukan dalam menjalani setiap langkah kehidupan.

Mari kita lihat sebuah contoh akan hal ini yang tercatat di dalam Alkitab lewat kisah mengenai kunjungan ratu negeri Syeba ke Yerusalem dimana Salomo pada saat itu memerintah sebagai raja (1 Raja Raja 10:1-13). Nama besar Salomo pada waktu itu sangat harum terdengar hingga ke negerinya. Dan ia tertarik untuk membuktikan sendiri apakah benar Salomo itu seperti yang didengarnya dari orang lain. Ratu Syeba membawa pertanyaan-pertanyaan sulit untuk dijawab Salomo, dan Alkitab pun mencatat "Salomo menjawab segala pertanyaan ratu itu; bagi raja tidak ada yang tersembunyi, yang tidak dapat dijawabnya untuk ratu itu." (ay 3). Ratu Syeba pun terpukau. Bukan saja lewat jawaban yang diberikan Salomo dengan hikmat yang ia punya, tetapi ia menyaksikan sendiri bagaimana kemakmuran negeri yang diperintah Salomo, lengkap dengan tata krama orang-orang disana."Ketika ratu negeri Syeba melihat segala hikmat Salomo dan rumah yang telah didirikannya, makanan di mejanya, cara duduk pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayannya melayani dan berpakaian, minumannya dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah TUHAN, maka tercenganglah ratu itu." (ay 4-5). Maka ratu Syeba pun mengakui bahwa apa yang ia dengar sebelumnya tentang Salomo memang tidak berlebihan (ay 6). Lebih dari itu. Begitu terpukaunya ratu Syeba sehingga ia berkata "sungguh setengahnyapun belum diberitahukan kepadaku; dalam hal hikmat dan kemakmuran, engkau melebihi kabar yang kudengar." (ay 7). Kemudian masih dalam keadaan terkagum-kagum ratu Syeba berkata "Berbahagialah para isterimu, berbahagialah para pegawaimu ini yang selalu melayani engkau dan menyaksikan hikmatmu!" (ay 8). Tetapi perhatikan selanjutnya bahwa sang ratu tidak hanya berhenti sampai disitu. Ratu Syeba pun kemudian memuji Tuhannya Salomo. "Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta kerajaan Israel! Karena TUHAN mengasihi orang Israel untuk selama-lamanya, maka Ia telah mengangkat engkau menjadi raja untuk melakukan keadilan dan kebenaran." (ay 9). Dari cuplikan kisah ini kita bisa melihat bahwa  hikmat yang diperoleh Salomo dari Tuhan ternyata mampu ia pergunakan untuk memuliakan Tuhan. Orang lain bisa melihat dan mengenal betapa hebatnya Tuhan lewat diri Salomo dan tidak tahan untuk memuji Tuhannya secara langsung.

Hikmat kita memang tidak sebesar Salomo. Tetapi sadarkah kita bahwa Tuhan telah memberikan segudang talenta kepada kita masing-masing yang tentunya bisa dipergunakan untuk menyatakan Tuhan kepada orang-orang disekitar kita? Masing-masing memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri yang akan mampu memberi manfaat kepada orang lain bukan untuk menunjukkan kehebatan kita tetapi menyatakan kemuliaan Tuhan di mata orang lain. Singkatnya, orang bisa mengenal Tuhan secara benar lewat kita dan memuji Dia, tetapi sebaliknya bisa pula mendapat pemahaman yang salah lewat perilaku-perilaku kita yang jelek. Kita diminta oleh Yesus sendiri untuk bisa menjadi terang yang bercahaya  di hadapan orang lain. Kita sesungguhnya memiliki terang Kristus di dalam diri kita, tetapi itu semuanya akan sia-sia saja jika hanya disimpan sendiri atau hanya dipakai untuk kepentingan diri sendiri. Tuhan Yesus berkata: "Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu." (Matius 5:15). Itulah sebabnya Yesus mengatakan "hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (ay 16). Terang harus terletak di atas, tidak tersembunyi sehingga bisa menerangi orang lain. Seterang apapun lampu itu, apabila diletakkan dalam kotak tertutup atau di bawah sebuah objek tidak akan mampu menerangi kegelapan dalam ruangan secara maksimal. Itu artinya kita harus mampu menunjukkan perbuatan-perbuatan baik yang memberi kebaikan bagi orang lain, sehingga mereka akan memuliakan Tuhan lewat diri kita.

Salomo menjadi contoh nyata bagaimana ia bisa memakai apa yang telah dihadiahkan Tuhan kepadanya dengan baik sehingga lewat semua itu Tuhan dipermuliakan. Kisah hari ini membuat saya berpikir untuk mempergunakan semua talenta yang telah Tuhan berikan demi namaNya. Sudahkah kita menerangi orang lain dengan terang Tuhan yang ada pada kita? Bisakah orang mengenal seperti apa Yesus itu lewat cerminan diri kita? Mari hari ini kita sama-sama memikirkan apa yang bisa kita perbuat agar mampu membawa banyak orang untuk mengenalNya secara benar.

Miliki hidup yang mencerminkan kemuliaan Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, July 24, 2011

Ilusionis

Ayat bacaan: Maleakhi 2:17
=======================
"Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?"

ilusionisDahulu kita menterjemahkan magician sebagai pesulap. Tapi hari ini ada banyak diantara mereka yang tidak lagi mau disebut sebagai pesulap, Meski sama-sama menghibur lewat trik-trik dan tipuan mata yang mencengangkan. Mereka tidak mau disamakan dengan para pesulap yang dianggap hanya tahu mengeluarkan kelinci dari dalam topi atau mengeluarkan bunga dari sapu tangan. Ada sebutan lain yang lebih mereka sukai, yaitu mentalis atau ilusionis. Ilusionis sangat pintar melakukan tipuan mata untuk membuat sebuah suguhan yang tidak masuk akal. Mereka sangat lihai dalam urusan mengherankan penontonnya. Kita dibuat seolah melihat sesuatu yang nyata, sepertinya kasat mata, namun semua itu tetaplah sebuah trik yang bisa dipelajari oleh siapa saja. Keterampilan mereka sungguh luar biasa, sehingga tidak jarang orang kemudian menganggap mereka melakukan ilmu sihir atau ilmu hitam dalam melakukannya. Ilusi visual seperti ini hanyalah salah satu dari berbagai bentuk ilusi, karena ilusi pun bisa hadir dalam perasaan atau pikiran kita. Kita seringkali terpengaruh untuk menganggap apa yang kita percaya itu benar tanpa memahami terlebih dahulu kebenarannya. Otak bisa tertutupi oleh ilusi ini, demikian juga perasaan dalam hati kita, sehingga keduanya akan mengeluarkan sinyal yang menyatakan bahwa itu adalah sesuatu yang benar. Ini adalah hal yang tidak boleh disepelekan. Masalahnya, ketika ilusi seperti itu mengelabui pikiran kita untuk mengenal Tuhan dan prinsip-prinsipNya secara benar, maka kita bisa mengalami kehancuran rohani yang sanggup membawa dampak fatal bagi perjalanan kehidupan kita saat ini maupun untuk yang akan datang.

"Ah, tidak perlu beribadah ke gereja segala..yang penting hidup baik dan percaya Tuhan, itu sudah cukup." kata tetangga saya pada suatu kali. Padahal Firman Tuhan berkata: "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Ada juga yang berkata, "Selagi masih muda tidak apa-apa berbuat dosa sesekali, itu wajar dan manusiawi. Nanti kalau sudah tua saja baru hidup benar." Dan apa kata Firman Tuhan? " Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka." (ay 26-27). Ada juga yang menganggap bahwa dosa adalah ketika membunuh, mencuri atau memukuli orang lain. Kalau cuma mengumpat, memaki, mengomel atau memakai kata-kata yang tidak sopan agar terlihat gaul itu tidak apa-apa. Sementara Yesus sudah dengan jelas mengatakan: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman." (Matius 12:36). Ini baru beberapa contoh saja dari bentuk-bentuk ilusi yang bisa meracuni pikiran kita. Betapa berbahayanya jika ilusi ini terus dibiarkan. Akibat yang timbul bisa sangat fatal.

Dalam kitab Maleakhi kita bisa menemukan bentuk ilusi yang sangat menyesatkan. "Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?" (Maleakhi 2:17). Perhatikanlah bagaimana orang bisa terpengaruh oleh ilusinya yang menyesatkan, sampai-sampai berani menyangka bahwa Tuhan menganggap baik orang yang berbuat jahat. Bahkan mereka begitu berani hingga memakai kata "berkenan". Kalau memang tidak berkenan, dimana hukuman Allah itu?  Orang menyangka bahwa perbuatan jahat harus selalu diganjar langsung di tempat, seperti misalnya disambar petir atau lenyap ditelan bumi. Tuhan tidak pernah berkenan terhadap perbuatan jahat, dan pada saatnya nanti semua harus dipertanggungjawabkan sepenuhnya. "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Cepat atau lambat, ganjaran akan datang, dan tidak akan pernah sebuah perbuatan jahat itu berkenan di mata Tuhan. Perhatikan bahwa bahkan dikatakan hal tersebut menyusahi Tuhan. Ilusi seperti apa yang dikatakan dalam Maleakhi di atas jelas merupakan sebuah ilusi yang akan sangat fatal akibatnya.

Hati kita merupakan pintu masuk buat berbagai pengaruh, mulai dari yang baik hingga yang buruk. Firman Tuhan dalam Yeremia berkata: "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" (Yeremia 17:9). Hati bisa begitu licik lebih dari apapun, dan apabila hati itu sudah membatu maka sulit bagi kita untuk bisa menimbang mana yang benar dan mana yang salah. Hati yang tidak terjaga akan menjadi lahan subur bagi iblis untuk menabur ilusi-ilusi yang salah mengenai pengenalan akan Tuhan. Itulah sebabnya kita harus selalu menjaga hati kita dengan benar, seperti apa yang diingatkan lewat Firman Tuhan "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Selain itu kita harus selalu mengisi hati kita dengan Firman Tuhan setiap hari. Menabur Firman itu di tanah yang gembur sehingga bisa tertanam baik, bertumbuh dan berbuah. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Bagaimana kita bisa terhindar dari ilusi apabila kita tidak mengetahui apa-apa mengenai Firman yang berkuasa dan hidup, yang berasal dari Tuhan sendiri?

Ilusi-ilusi pikiran bisa menyesatkan pemahaman kita tentang Allah dan pengenalan akan FirmanNya secara benar. Jangan sampai kita tergoda untuk memaksakan Firman Tuhan agar sesuai dengan keinginan pribadi kita, membuatnya sedemikian fleksibel sehingga menghilangkan esensi kebenaran yang terkandung dalam ayat demi ayat. Semua itu telah disediakan bagi kita sebagai penuntun, penunjuk jalan menuju keselamatan kekal. Berhentilah mentolerir dosa sekecil apapun. Waspadalah selalu dan jangan biarkan ilusi-ilusi negatif merusak iman kita.

Ilusi rohani bisa mengancam keselamatan jika kita biarkan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, July 23, 2011

Samgar

Ayat bacaan: Hakim Hakim 3:31
========================
"Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel."

samgar"Apa sih yang saya punya..saya tidak akan pernah bisa menang bersaing untuk mendapatkannya.." kata seorang teman yang sudah patah semangat duluan dalam mendekati gadis yang ia sukai. Ini hanya contoh kecil dalam satu jenis persaingan karena dalam hidup ini kita akan sering berhadapan dengan begitu banyak kejadian dimana kita harus cukup tangguh dan kuat untuk menghadapi persaingan. Apalagi sekarang era globalisasi, dimana persaingan menjadi semakin luas. "Only the strong survive", kata sebagian orang, dan memang seperti itulah kelihatannya. Kita menyaksikan banyak jagoan yang sanggup mengalahkan ratusan musuh sendirian, tetapi itu kan hanya terjadi di film-film saja. Begitu pikir kita. Kita seringkali mengukur diri kita terlalu rendah, merasa tidak mampu bahkan sebelum mencoba. Sedihnya itu kita anggap sebagai hal yang logis. Menang dalam persaingan sengit hanya mimpi, dongeng atau apapun yang tidak logis dan realistis.

Kemarin kita sudah melihat sendiri bahwa kita adalah hasil dari benih pemenang. Benih yang menang dari persaingan dengan 300 juta benih lainnya. Tanpa sadar kita ternyata sudah menang bahkan sebelum mengerti apa-apa. Hari ini mari kita lihat seorang tokoh yang mungkin tidak seterkenal beberapa tokoh besar dalam Alkitab seperti Musa, Abraham, Yusuf, Daud dan sebagainya. Tapi meskipun demikian, tokoh ini ternyata sangat fenomenal karena mampu mengalahkan 600 orang hanya dengan bersenjatakan tongkat penghalau lembu. Namanya Samgar.

Nama Samgar memang kalah populer dari nama-nama besar lainnya yang sudah sangat kita kenal. Itu tidaklah mengherankan, karena Samgar hanya muncul dua kali dalam alkitab, yaitu pada kitab Hakim Hakim 3:31 yang menjadi ayat bacaan hari ini, dan kemudian disebutkan sekali lagi dalam nyanyian Debora di dalam Hakim Hakim 5:6. Namun meski demikian, apa yang dilakukan Samgar tetap tercatat di dalam alkitab. "Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel." (Hakim Hakim 3:31). Ia mampu menewaskan 600 orang Filistin dengan hanya bersenjatakan tongkat penghalau lembu. Rasanya pendekar-pendekar kungfu bersenjata tongkat bahkan pedang pun sulit menyamainya. Apakah Samgar juara kungfu? Saya yakin tidak. Apakah dia ahli ilmu bela diri? Itupun saya rasa tidak.. Lantas apa yang membuatnya mampu mengalahkan demikian banyak? Saya percaya semua itu karena bantuan Tuhan. Dia percaya pada penyertaan Tuhan, dia siap dan maju menghadapi lawan-lawannya, dan pada akhirnya ia memenangkan peperangan dengan mencatat hasil yang sangat mencengangkan. Tidak saja Samgar yang selamat, tapi juga menyelamatkan orang Israel.

Menghadapi peperangan atau persaingan menjadi bagian dalam hidup kita sehari-hari. Seringkali semakin tinggi anda menapak naik, semakin besar dan berat pula tingkat persaingannya. Tapi ingatlah bahwa kata mencengangkan, mengherankan, ajaib, itu semua bukanlah hal baru bagi Tuhan. Baik di masa lalu, seperti yang tertulis sepanjang alkitab yang tebal ini, bahkan hingga hari-hari ini, Tuhan tetap menunjukkan bahwa Dia mampu menjungkirbalikkan logika manusia dengan rangkaian mukjizat dan keajaiban yang terus Dia lakukan. Yesus pun berkata: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah." (Lukas 18:27). Dan kita tahu, nothing is impossible with God. 600 masalah sekalipun akan mampu kita atasi apabila kita percaya dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya. Bersaing dengan 600 orang bukan hal yang tidak mungkin kita menangkan. Jika kita mengacu pada yang dicatat dalam alkitab, Tuhan telah berulang kali menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dan tidak mampu Dia lakukan. Lihatlah siapa yang Dia pilih untuk mengalahkan raksasa Goliat yang juga orang Filistin. Bukan panglima perang tinggi besar, tapi Daud, yang ketika itu masih muda, yang masih kemerah-merahan. (1 Samuel 17:42). Contoh lain, lihatlah kisah Gideon (Hakim-Hakim 6-8), bagaimana Tuhan menyuruh Gideon mengumpulkan hanya 300 prajurit saja, untuk menghadapi orang Midian dan Amalek yang seperti belalang banyaknya atau bahkan seperti pasir di tepi laut banyaknya. Dari yang bukan kisah peperangan pun sama. Yusuf dijual saudaranya ke Mesir, ia hanya sendirian, namun ia memenangkan perjuangan hidup dan menjadi raja. Nuh disuruh membangun kapal yang luar biasa besar pada usianya yang sudah lanjut, ia hanya sendirian, mungkin hanya dibantu oleh anak-anaknya, namun ia mampu. Banyak lagi kisah-kisah yang bisa mendasari kita untuk mampu tampil sebagai pemenang mengatasi berbagai persoalan, bahkan yang kelihatannya tidak mungkin sekalipun. Intinya, dengan adanya penyertaan Tuhan, jika kita percaya sepenuhnya pada Tuhan, maka kita pasti berhasil mengatasi masalah apapun. Mungkin kita pun sendirian bergumul saat ini dengan permasalahan, namun sebenarnya kita tidak pernah sendirian, karena Yesus tetap ada bersama kita. "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."(Matius 28:20)

Tuhan dapat memakai siapapun secara luar biasa. Kita mungkin bukanlah orang yang luar biasa bisa segalanya, kita bukan bangsawan yang kaya raya, mencapai jenjang pendidikan yang tertinggi sejagat, orang terpintar yang pernah hidup, IQ paling tinggi sepanjang sejarah dan lain-lain. Kita mungkin hanyalah orang biasa yang tidak dikenal orang, namun kita bisa menjadi orang biasa seperti Samgar, yang mengandalkan Tuhan dan percaya sepenuhnya dalam menghadapi masalah lalu keluar secara mencengangkan sebagai pemenang. Bagi orang dunia mungkin kita yang mengandalkan Tuhan sepenuhnya tidaklah terkenal, bahkan mungkin direndahkan, namun percayalah, Tuhan mengenal dan berkenan pada anak-anakNya yang mengasihi dan percaya padaNya. Berbagai hal ajaib Tuhan pakai untuk menyatakan diriNya. Bahkan Tuhan lebih suka memakai orang-orang lemah atau bodoh untuk menunjukkan siapa Dia. "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat" (1 Korintus 1:27). Semua ini mengajarkan kita agar menggantungkan iman bukan kepada akal dan logika manusia, tetapi pada kekuatan Allah. (1 Korintus 2:5). Untuk mampu dipakai Allah secara luar biasa dan untuk mampu lepas dari masalah, kuncinya hanyalah tetap berusaha sebaik-baiknya sambil terus mengandalkan hikmat Allah, bukan pada kekuatan sendiri atau kemampuan manusia yang terbatas. Untuk itu, janganlah pernah putus asa, jangan pernah menyerah, jangan pernah kecil hati, karena dengan iman yang benar, Tuhan pun akan mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ajaib lewat hidup kita. Dan jika Tuhan yang berada bersama kita, anda akan tercengang melihat bahwa anda mampu menang lebih dari yang anda kira.

Bersama Tuhan ada kemenangan yang mencengangkan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, July 22, 2011

Satu Pemenang dari 300 Juta Pesaing

Ayat bacaan: Mazmur 139:4
=====================
"Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya."

pemenangSebuah artikel yang baru saja saya baca menyebutkan bahwa ada sekitar 300 juta sel sperma sekali keluar. Ini jumlah yang luar biasa banyaknya. Tetapi untuk membuahi hanya diperlukan satu sel sperma untuk bertemu dengan sel telur. Bayangkan betapa ketatnya kompetisi yang terjadi. 300 juta bersaing, hanya satu yang bisa membuahi sel telur. Dan itulah anda dan saya. Selain dari pada itu, jika dibandingkan antara sel sperma yang sangat kecil, untuk bisa mencapai sel telur yang hanya berjarak sekitar 10 cm ke dalam tentu sudah merupakan jarak tempuh yang sangat jauh. Jika dibuat perbandingan dengan ukuran tubuh manusia secara rata-rata, maka ternyata sperma harus menempuh jarak setara dengan 150 km jarak yang ditempuh manusia untuk bisa mencapai sel telur. Belum lagi dalam menempuh jarak sejauh itu ratusan juta sperma ini harus melewati tingkat keasaman tertentu untuk akhirnya bisa mencapai sel telur dengan selamat. Sebagian besar yang tidak tahan akan mati dalam perjalanan. Perjuangan yang luar biasa, kompetisi yang sangat ketat, namun sebuah sel sperma pemenang itu akhirnya berhasil mencapai sel telur, membuahinya, dan lahirlah anda dan saya.Satu sel juara itulah yang akhirnya menjadi diri kita.

Kita seringkali mundur terlebih dahulu ketika menghadapi persaingan berat. Menghadapi 10 atau 100 orang saja mungkin kita sudah keder. Kita kerap kalah sebelum bertanding, karena mental kita tidak cukup tegar dan berani untuk berjuang. Tapi sadarkah anda bahwa anda pun sesungguhnya terlahir sebagai pemenang? Anda adalah pemenang bukan dari 10 atau 100 pesaing, tetapi anda terlahir dari kemenangan menghadapi 300 juta pesaing. Fakta ini membuktikan bahwa anda dan saya adalah yang terbaik dari 300 juta pesaing itu. Jika ada orang yang berpikir bahwa ia terlahir sebagai pecundang, born loser, itu artinya ia tidak memahami apa-apa tentang proses terbentuknya dirinya dalam kandungan ibunya. Ia tidak menyadari bahwa sesungguhnya ia terlahir bukan sebagai pecundang, tetapi merupakan hasil kemenangan dari persaingan yang luar biasa ketatnya.

Anda dan saya lahir hari ini di muka bumi sebagai hasil dari sebuah kemenangan yang begitu luar biasa dahsyat dan ajaib. Pernahkah anda membayangkan bagaimana rasanya bersaing dengan ratusan juta kompetitor sekaligus? Rata-rata orang tidak akan sanggup bahkan hanya membayangkan saja. Tetapi fakta mengatakan bahwa sebelum kita tahu apa-apa mengenai persaingan, kita ternyata sudah terlahir sebagai pemenang. Dan saya pun teringat sebuah ucapan Pemazmur ketika menyadari eksistensi atau keberadaan dirinya dan manusia-manusia lainnya di muka bumi ini. "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:4). Ini adalah sebuah ucapan yang saya yakin lahir dari sebuah perenungan yang mendalam. Pemazmur mengatakan bahwa jiwanya benar-benar menyadarinya. Memahami dan mengerti betul. Kejadian terbentuknya janin itu adalah sesuatu yang sangat dahsyat dan ajaib. Berlebihankah ucapan Pemazmur ini? Jika kita melihat fakta di atas, tentu saja tidak. Sama sekali tidak. Kita memang terlahir dari sebuah kejadian yang dahsyat dan ajaib.

Fakta yang tidak bisa dibantah bahwa kita lahir sebagai yang terbaik dari 300 juta pesaing. Jika demikian mengapa kita harus lemah, putus asa dan cepat menyerah saat berhadapan dengan tantangan atau kompetisi yang ketat dalam hidup ini, padahal kita memiliki benih pemenang? Ratusan juta sudah kita kalahkan bahkan sebelum kita menyadari apa-apa. Seperti itulah hakekatnya kita diciptakan Tuhan. Seperti yang Dia katakan dalam kitab Ulangan 28:13: "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun". Ini adalah bukti nyata bahwa kita terlahir tidak sebagai pecundang melainkan sebagai pemenang, yang berasal dari benih pemenang pula. Dan Tuhan melanjutkan bahwa dalam hidup ini kita bisa menuai apa yang dicanangkan Tuhan sejak awal kepada kita semua itu "apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia." Lebih lanjut pada awal Mazmur pun kita mendapatkan bahwa Tuhan sudah menjanjikan kita bisa berhasil dalam melakukan segala sesuatu. Dalam Mazmur 1:3 dikatakan: "Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." Dan janji ini akan diperoleh oleh orang-orang "yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." (ay 2).

Beranikah anda bermimpi untuk menang menghadapi ratusan, ribuan bahkan jutaan pesaing? Jika tadinya tidak, sekarang dengan menyadari proses terbentuknya kita dari benih pemenang ini seharusnya anda bisa yakin, minimal lebih dari sebelumnya. Tuhan sudah menciptakan anda sebagai juara sejak awal, lalu Tuhan pun telah menciptakan anda dengan potensi yang luar biasa untuk bisa terus menang dalam berbagai tantangan atau persaingan yang ketat. Bukan sekedar menang, malah Firman Tuhan berkata "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). We are more than conquerors and gain a surpassing victory. Seperti itulah kita direncanakan Tuhan, dan untuk itu Dia sudah memberikan semua kelengkapan yang dibutuhkan agar sanggup mencapainya. Kita tidak pernah lahir sebagai pecundang. Kita lahir untuk menuai keberhasilan demi keberhasilan, malah untuk lebih dari sekedar pemenang. Itu janji Tuhan yang bisa kita peroleh apabila kita taat kepadaNya, mau merenungkan firmanNya dan melakukan tepat seperti apa yang Dia kehendaki. Anda diciptakan sebagai pemenang dan direncanakan sebagai pemenang. Jangan biarkan pikiran-pikiran negatif, mental yang lemah, dosa, kemalasan atau hal-hal apapun merintangi apa yang sudah dicanangkan Tuhan bagi kita semua itu sejak semula. Berdirilah tegak, yakinlah dengan segala kemampuan yang sudah diberikan Tuhan kepada anda, keluarlah dan jadilah pemenang.

Kita sekarang ada di dunia ini sebagai buah dari kemenangan yang dahsyat dan ajaib

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, July 21, 2011

Say No to Laziness

Ayat bacaan: Pengkotbah 10:18
=================
"Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah."

malasAda sebuah pepatah klasik yang sudah sangat kita kenal berkata "rajin pangkal pandai, malas pangkal bodoh." Ini pepatah yang rasanya akan disampaikan oleh para orang tua kepada anak-anak mereka dari generasi ke generasi. Seringkali orang mengasosiasikan kepintaran secara terlalu sempit dengan hanya mengarah kepada tingkat pendidikan saja. Padahal masalah kerajinan, kedisplinan, semangat berjuang dan sikap pantang menyerah pun merupakan hal yang sangat menentukan seberapa pintar seseorang itu nantinya, yang akan berpengaruh pula kepada sebuah keberhasilan dalam hidup.

Sepanjang isi Alkitab kita tidak menemukan satupun orang yang dipakai Tuhan ketika sedang bermalas-malasan. Ini menunjukkan betapa Allah tidak menyukai orang malas. Di masa-masa sulit seperti sekarang ini kita justru seharusnya tertantang untuk bekerja lebih giat lagi, tetapi yang kita lihat malah sebaliknya. Semakin banyak saja orang yang malas berusaha untuk memperjuangkan hidup mereka. Para pemalas ini biasanya tidak mau repot-repot mengeluarkan tenaga atau mempergunakan pikiran mereka. Mereka terbiasa menunda pekerjaan atau bahkan melupakannya sama sekali. Jangan salah, mereka juga sama seperti kita, punya impian tinggi, tetapi yang membedakannya adalah cara menyikapinya. Ketika orang rajin akan berusaha dengan sekuat tenaga dan sungguh-sungguh untuk mencapai impian mereka, si pemalas hanya akan bermimpi untuk itu. Mereka berharap untuk mencapai cita-citanya dengan cara yang paling mudah tanpa harus mengeluarkan setitik keringat pun. Jika tidak? Mereka biasanya akan terus mencari kambing hitam, tidak jarang pula mereka berani menyalahkan Tuhan atas keadaan mereka. Seperti apa kata firman Tuhan "Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan." (Amsal 13:4). Sikap-sikap seperti ini tidak boleh menjadi bagian dari diri anak-anak Tuhan, karena ada begitu banyak firman Tuhan yang mengingatkan kita untuk bekerja dan berusaha serius untuk mencapai sebuah tujuan.

Selain ayat Amsal di atas, kitab Amsal berisi begitu banyak firman Tuhan lainnya yang menyinggung soal kemalasan ini. Salah satu bagian yang lumayan banyak menyinggung soal malas bisa kita lihat pada Amsal 6. Bahkan disana dikatakan bahwa kita seharusnya bisa belajar mengenai kerajinan dari seekor semut, binatang yang paling lemah yang akan mati dengan sekali pencet saja. "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak." (Amsal 6:6). Kita tahu bagaimana semut selalu bergerak dan bekerja dengan rajin. Semut mampu mengangkat makanan yang berukuran jauh lebih besar darinya, kalaupun tidak kuat mereka akan bergotong-royong mengangkutnya bersama-sama dengan menempuh jarak yang seringkali sangat jauh menurut ukuran seekor semut. Dan firman Tuhan berkata "biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen." (ay 7-8). Dan hal ini sungguh berbanding terbalik dengan tipe manusia pemalas yang membuang-buang waktu dalam kemalasannya. "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring."(ay 9-10). Ketika ini yang menjadi sikap hidup kita, "maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." (ay 11). Demikianlah kemalasan yang terus dipupuk akan membawa kita masuk ke dalam kemiskinan dan kekurangan.

Hidup tidak akan pernah bisa maju jika kita terus membiarkan rasa malas menguasai diri kita, bahkan bisa membuat kita menjadi semakin rapuh dan gampang rontok. Sebuah firman Tuhan dalam Pengkotbah mengatakannya seperti ini: "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Kegagalan dan kehancuran seringkali berawal dari kemalasan yang terus dibiarkan berdiam dalam diri kita. Kemalasan yang dibiarkan? Mari saya beri contoh. Coba perhatikan ketika kita membiarkan diri kita tidur lebih dari biasanya dan terus menambah jam tidur itu, bukankah tubuh kita malah menjadi lemas dan akan semakin malas? Terlalu singkat tidur itu tidak sehat, tetapi terlalu banyak pun tidak baik pula. Singkatnya, kita memerlukan istirahat, tetapi jangan sampai istirahat itu menjadi yang terbanyak menyita waktu kita. 

Untuk itulah kita harus melatih diri sedini mungkin untuk menjadi orang-orang dengan semangat yang kuat dan giat dalam berusaha. Ingatlah bahwa Tuhan tidak menyukai para pemalas seperti ini. Tuhan menyukai orang-orang yang rajin bekerja, dan Dia pun suka memberkati kita lewat usaha sungguh-sungguh yang kita lakukan. Kepada jemaat Tesalonika Paulus mengingatkan dengan sangat keras: "Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Lihatlah ayat berikut: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk  manusia." (Kolose 3:23) Ini adalah sebuah panggilan untuk melakukan apapun yang kita perbuat dengan segenap hati seperti sedang melakukannya untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Artinya keseriusan, kesungguhan dan kerajinan kita sangatlah dibutuhkan. Kemalasan tidak akan pernah masuk dalam konteks ayat Kolose di atas, karenanya jangan sampai kemalasan menjadi bagian dalam hidup kita.

Hari ini saya mengajak teman-teman untuk memeriksa diri masing-masing, apakah ada hal-hal yang belum anda capai yang diakibatkan oleh belenggu kemalasan yang masih mengikat anda? Apakah anda termasuk orang yang suka menunda-nunda sesuatu, malas merancang masa depan anda, malas untuk melangkah dan sebagainya? Apakah anda lebih menyukai tidur-tiduran ketimbang mulai melakukan sesuatu? Jika ini masih menjadi bagian dari diri anda saat ini, berhentilah dan mulailah melakukan perubahan. Kemalasan hanya akan mendatangkan kemiskinan dan kekurangan, yang cepat atau lambat akan meruntuhkan kita habis-habisan. Sebelum itu terjadi, bertindaklah segera. Say no to laziness!

Jangan biarkan rasa malas semakin menguasai diri anda

Wednesday, July 20, 2011

Kedip Menipu

Ayat bacaan: Amsal 6:12-15
===========================
"Tak bergunalah dan jahatlah orang yang hidup dengan mulut serong,yang mengedipkan matanya, yang bermain kaki dan menunjuk-nunjuk dengan jari, yang hatinya mengandung tipu muslihat, yang senantiasa merencanakan kejahatan, dan yang menimbulkan pertengkaran. Itulah sebabnya ia ditimpa kebinasaan dengan tiba-tiba, sesaat saja ia diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi."

kedip menipuKedipan mata sering dipakai orang untuk menjadi kode atau isyarat akan sesuatu. Bisa untuk menggoda teman, ingin bercanda, atau bahkan untuk hal-hal yang negatif seperti menipu. Hari ini ketika berbelanja di pasar saya pun melihat penjual bermain mata dengan pegawainya tanpa sepengetahuan si pembeli. Entah apa yang ia isyaratkan dengan kedip mata yang disertai sedikit senyum itu, tapi tampaknya keduanya sama-sama mengerti kode yang disampaikan lewat kedipan itu. Mencari orang jujur semakin sulit saja memang. Dimana-mana kita bertemu dengan orang-orang yang gemar menipu dalam berbagai bentuk. Mungkin anda masih ingat sms penipuan yang marak beberapa waktu lalu yang isinya seolah-olah dari ibu yang dihubungi, meminta uang untuk sebuah keperluan. Teman saya pernah tertawa karena ibunya sudah lama tiada. Tetapi ada berapa banyak orang yang tertipu oleh sms seperti itu? Sms atau telepon yang mengatakan menang undian, pegawai yang menaikkan harga di kwitansi, murid yang bolos dengan mengaku sakit, supir yang mengisi bensin berbeda dengan yang tertera di bon dan sebagainya. Tipu menipu terus hadir dalam berbagai bentuk. Bahkan iklan-iklan lowongan pekerjaan di surat kabar harian pun tidak luput dari para penipu ini. Mereka terus mempergunakan segala cara dalam menjalankan operasinya. Bersepakat berbohong, menipu dan melakukan tipu muslihat akan terus ada selama peradaban manusia masih berjalan.

Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa kebohongan atau tipu menipu itu adalah dosa. Masalahnya kita sering melegalisir atau membenarkan kebohongan itu dengan berbagai dalil atau alasan. Bohong sedikit tidak apa-apa, bohong demi kebaikan itu boleh, sekali-kali menipu itu wajar dan sebagainya. Kita mengedepankan alasan-alasan sebagai pembenaran untuk berlaku serong. Padahal kebohongan apapun bentuknya tetaplah sebuah kebohongan, menipu tetaplah menipu, yang harusnya tidak bisa dibenarkan atas alasan seperti apapun. Amsal Salomo berpanjang lebar menjabarkan hal ini. "Tak bergunalah dan jahatlah orang yang hidup dengan mulut serong,yang mengedipkan matanya, yang bermain kaki dan menunjuk-nunjuk dengan jari, yang hatinya mengandung tipu muslihat, yang senantiasa merencanakan kejahatan, dan yang menimbulkan pertengkaran. Itulah sebabnya ia ditimpa kebinasaan dengan tiba-tiba, sesaat saja ia diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi." (Amsal 6:12-15). Lihatlah betapa seriusnya penipuan di mata Tuhan. Apa ganjaran dari pelaku tipu menipu ini? Firman Tuhan berkata: ditimpa kebinasaan dengan tiba-tiba, diremukkan tanpa bisa dipulihkan lagi. Broken without remedy, demikian versi bahasa inggrisnya.  Dalam rangkaian ayat selanjutnya kita juga bisa melihat bagaimana lidah dusta, hati yang membuat rencana jahat, saksi dusta yang menyemburkan kebohongan termasuk dalam tujuh perkara yang dibenci Tuhan dan dianggap sebagai kekejian bagi hati Tuhan. (ay 16-19).

Bersekongkol untuk menipu dengan segala cara termasuk dengat kedipan mata kembali bisa kita baca dalam pasal lainnya dalam kitab Amsal. "Siapa mengedipkan mata, menyebabkan kesusahan, siapa bodoh bicaranya, akan jatuh." (Amsal 10:10). Jadi jelaslah bahwa apapun bentuknya, kebohongan atau tipu muslihat merupakan sebuah kejahatan di mata Tuhan. Secara lebih tegas kita bisa melihat dalam surat Korintus yang mengatakan: "..Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (1 Korintus 6:9b-10). Menipu itu sama saja parahnya dengan menyembah berhala, percabulan, perzinahan, pencuri, pemabuk, pelit dan sebagainya. Semuanya sama-sama tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah, bahkan dikatakan akan binasa tiba-tiba, diremukkan tanpa dapat pulih lagi. Tuhan tidak mentolerir dosa seperti apapun. Adalah bagus jika kita tidak melakukan kejahatan-kejahatan yang kita anggap besar seperti membunuh atau menyiksa orang misalnya, tetapi itu hanya akan sia-sia apabila kita masih menghalalkan berbagai bentuk penipuan, karena dampaknya terhadap keselamatan kita akan sama saja.

Biasanya penipuan direncanakan dari hati yang sudah terkontaminasi menjadi jahat. Kita harus waspada menjaga hati kita karena meski kita bisa menyimpan rapi segala bentuk penipuan, walaupun kita bisa menipu banyak orang lewat berbagai muslihat jahat, sekiranya pun kita bisa menutup rapat isi hati kita, namun ingatlah bahwa tidak ada satu hal pun yang tersembunyi di hadapan Allah, "..sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." (1 Tawarikh 28:9a). Jika tidak waspada, maka hati kita akan terus bertambah jahat sehingga berbagai bentuk penipuan akan menjadi biasa saja bagi kita untuk dilakukan. Mungkin kita memulainya dengan kebohongan kecil yang kita anggap tidak apa-apa, tetapi jika tidak hati-hati kebohongan demi kebohongan dengan eskalasi meningkat bisa terjadi. Kita mulai dari mentolerir dosa kecil, lalu jika dibiarkan maka kita akan semakin sering melakukannya dengan bentuk-bentuk yang semakin besar pula. Pada suatu ketika kita akan menjadi seorang pembohong yang tidak lagi merasa bersalah. Alangkah berbahayanya jika hal ini terjadi, karena Tuhan jelas menganggap hal itu sebagai suatu kekejian di mataNya.

Apapun alasannya, hindarilah segala bentuk tipu muslihat. Berbohong, menipu, isyarat kedipan mata, bermain kaki dan sebagainya. Mungkin menipu bisa mendatangkan keuntungan materi, tetapi itu tidak ada gunanya jika pada akhirnya kita harus menuai kebinasaan. Ayat bacaan hari ini pun dengan tegas menyatakan bahwa itu tidak berguna alias sia-sia saja. Jagalah hati kita agar tidak penuh dengan segala yang jahat. Biasakan diri kita untuk bicara dan berlaku jujur sebelum kita terjebak dalam sikap hati yang jahat ini. Jagalah hati senantiasa dan isilah selalu dengan Firman Tuhan. Pastikan hati kita tetap berada dalam keadaan baik agar kita bisa tetap waspada terhadap berbagai jebakan yang mengarahkan kita kepada tipu muslihat dan kebohongan ini.

Penipuan merupakan kekejian di mata Tuhan dan akan mendapat ganjaran yang berat akibatnya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, July 19, 2011

Photo frames

DSP celebrations , Rhinestones I wanted to keep this very simple i didnt have anything to put up the top swirls unless i find something in the new catalogue that i can hopefully use.
I really love this photo this was taken after they where rumbling on the floor .
Retired pretties kit i havent got much left :( , pearls

Mata Iman

Ayat bacaan: 2 Raja Raja 6:15
=======================
"Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?"

mata imanPunya mata tapi tak bisa melihat. Betapa seringnya manusia mengalami masalah seperti ini. Cobalah mengemudi di jalan raya tanpa mempergunakan mata dengan baik. Meleng sedikit saja resikonya bisa bahaya. Anda bisa menabrak kendaraan lain, terjerembab masuk ke dalam lubang menganga di tengah jalan dan sebagainya. Mata adalah organ tubuh yang sangat penting bagi kita. Jika kita melihat seorang pengemis buta bernama Bartimeus yang bertemu dengan Yesus dalam Markus 10:46-52, kita melihat bahwa meskipun Bartimeus bisa meminta macam-macam ketika berkesempatan bertemu langsung dengan Yesus, lebih dari segalanya ia hanya minta agar matanya dipulihkan. "Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" (ay 51). Tidak saja mata jasmani yang penting, tetapi mata rohani pun jelas harus mampu melihat dengan jelas. Tanpa itu niscaya kita akan kesulitan dalam menjalani hidup dengan benar. Hidup akan terus diliputi ketidakpastian, kecemasan, kekhawatiran dan sebagainya, kita hanya akan penuh dengan ketakutan karena tidak mampu melihat apapun lewat iman kita.

Masalah ketajaman kemampuan mata iman bisa kita lihat secara jelas dalam kisah Elisa yang tertulis pada 2 Raja Raja 6:8-23 mengenai raja Aram yang mengirimkan bala tentaranya untuk mengepung kota dan menangkap Elisa. Singkatnya adalah sebagai berikut. Pada suatu kali raja Aram hendak menangkap Elisa dengan mengutus pasukan besar lengkap dengan kuda dan kereta perang. Untuk menangkap Elisa saja, seluruh kota dikepung oleh bala tentaranya. Pelayan Elisa bernama Gehazi ketika bangun pagi dan keluar merasa kaget melihat tentara pasukan berkuda dengan kereta perang ada di sekeliling kota. Ia pun panik. "Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?" (ay 15). Tapi Elisa lalu berkata: "Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka." (ay 16). Lalu Elisa berdoa agar Tuhan membukakan mata Gehazi sehingga ia bisa melihat bagaimana sebenarnya Tuhan telah melindungi mereka dengan pasukan yang jauh lebih besar dari bala tentara Aram itu. Setelah itu tentara Aram pun kemudian disesatkan lewat doa yang dipanjatkan oleh Elisa hingga terlempar ke Samaria, keluar dari Israel. Bacalah lebih lengkapnya dalam kitab 2 Raja Raja tersebut.

Dari kisah ini kita bisa melihat tiga jenis mata iman, yaitu yaitu dari orang Aram, Gehazi sang bujang, dan mata iman Elisa. Kemampuan mata dari Orang Aram menggambarkan tipikal orang bebal, yang buta total, sama sekali tidak tahu apa yang terjadi di depan mereka. Tipikal orang Aram tidak akan mampu melihat apa yang terjadi di depannya, dibawa menuju kebinasaan pun mereka tidak tahu. (ay 18-20).Lihatlah bagaimana butanya mata mereka sehingga tidak sadar ketika disesatkan oleh Elisa, seperti yang bisa kita baca dalam ayat 18-20. 

Jenis seperti Gehazi bisa melihat apa yang terjadi di depan mata, namun tidak tahu harus berbuat apa dan hanya fokus pada masalah sehingga gampang panik. Bayangkan betapa capainya hidup seperti ini. Hanya mengandalkan logika, kepandaian, sepenuhnya bergantung pada segala sesuatu yang kelihatan di depan mata. Mata rohaninya tidak berfungsi dengan baik, sehingga berbagai keadaan masih begitu gampang membuat panik. Perhatikan perkataannya: "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?" (2 Raja Raja 6:15). Gehazi pun dikisahkan merasa panik ketakutan dan langsun berlari pada Elisa. Jenis mata seperti Gehazi inilah yang dimiliki oleh banyak orang percaya. Mereka seperti halnya Gehazi, hanya bisa melihat apa yang terjadi di depan mata mereka. Mereka percaya Tuhan, tapi saat menghadapi masalah, mereka akan dipenuhi oleh banyak pertanyaan. Mereka hanya berpikir celaka, bingung, diombang-ambingkan keadaan dan hidup penuh keraguan. Jenis Gehazi tentulah jauh lebih baik dari tipe orang-orang Aram yang hendak menangkap mereka. Gehazi menjadi tenang setelah Elisa berdoa untuk meminta Tuhan membuka mata bujangnya. "Lalu berdoalah Elisa: "Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat." Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa." (ay 17). Apa yang dilihat Gehazi setelahnya sungguh luar biasa. Ia melihat ada begitu banyak kuda di sekeliling gunung dan kereta berapi (chariots of fire) di sekeliling Elisa.

Tapi tentu mata Elisa jauh lebih baik dari tipe Gehazi. Pribadi Elisa sungguh berbeda. Tipe Elisa adalah mampu melihat apa yang tidak dapat dilihat orang lain. Orang yang memiliki tipikal Elisa mampu melihat Tuhan dan tahu bahwa Tuhan jauh lebih besar dari masalah. "Jawabnya: "Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka."(ay 16). Mata iman Elisa berfungsi dengan baik. Ia tidak panik meski keadaan kasat mata sama sekali tidak kondusif. Ia tahu bahwa Tuhan ada bersamanya dan akan melindunginya, dan mata imannya sanggup melihat hal itu.

Hidup memang tidak akan mungkin tanpa masalah. Masalah akan senantiasa ada dalam perjalanan kehidupan kita. Tapi ingatlah bahwa ada Tuhan yang menyertai kita, dan Tuhan jauh lebih besar dari segala pergumulan yang kita hadapi. Kita harus terus melatih diri kita untuk melibatkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, karena hanya dengan hidup bersama denganNya lah kita akan mampu menghadapi masalah dengan ketenangan. "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13). Jika kita masih berada pada fase seperti Gehazi, berdoalah seperti Elisa, "Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat." Ini sejalan dengan ayat bacaan kita kemarin dimana Daud berkata "Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu." (Mazmur 119:18). Roh Kudus siap menyingkapkan segalanya, memberi hikmat bagi kita untuk mengetahui rencana Tuhan dalam hidup kita, memungkinkan kita melihat dengan jelas lewat mata iman dan karenanya kita tidak perlu khawatir dalam menjalani hari depan.

Miliki mata iman yang berfungsi benar seperti Elisa

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho